Foto: Anggota Komisi IV DPRD Kota Denpasar Emiliana Sri Wahjuni (kanan) saat panen sayuran bersama warga.

Denpasar (Metrobali.com)-

Anggota Komisi IV DPRD Kota Denpasar Emiliana Sri Wahjuni terus mengajak dan mendorong masyarakat bersama-sama menjaga ketahanan pangan di Kota Denpasar.

Salah satunya dengan bercocok tanam, menanam berbagai jenis sayuran maupun bumbu dapur di pekarangan rumah.

Srikandi DPRD Denpasar dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI) ini pun kerap ikut panen sayuran di pekarangan rumah warga sebagai bentuk dukungan dan motivasi kepada warga yang telah berkontribusi bersama-sama menjaga ketahanan pangan di Kota Denpasar.

Seperti yang tampak Sabtu (13/6/2020), Emiliana Sri Wahjuni ikut panen bayam dan sawi di salah satu pekarangan rumah warga di Denpasar Selatan. Menariknya sayuran yang dipanen langsung dibuat menjadi makanan sehat dan lezat.

“Bercocok tanam di pekarangan rumah adalah cara simpel dan kreatif kita ikut menjaga ketahanan pangan di Kota Denpasar. Saya harapkan ini bisa jadi gerakan bersama apalagi di masa pandemi Covid-19,” kata Emiliana Sri Wahjuni.

Sekretaris Fraksi NasDem-PSI DPRD Kota Denpasar ini mengungkapkan fenomena pandemi Covid-19 ini pelan-pelan akan berdampak pada ketahanan pangan kita.

“Hal ini mengingat saat ini segala gerakan kita dibatasi, tidak se-mobile seperti dahulu lagi,” ujar Anggota DPRD Kota Denpasar Dapil Denpasar Selatan dari PSI ini.

Saat memasuki era New Normal pun ketika aktivitas perlahan dibuka, protokol kesehatan tetap wajib dijalankan. Misalnya kita harus menggunakan masker, harus jaga jarak, selalu harus cuci tangan, tidak boleh kumpul- kumpul lebih dari 10 orang dalam satu ruangan, dan seterusnya.

“Karena hal tersebut, otomatis produktivitas, gaya hidup dan pendapatan ekonomi kita juga berubah,” ujar Emiliana Sri Wahjuni.

Maka diharapkan ada gerakan ekonomi dan gerakan menjaga ketahanan pangan dari rumah. Dimulai dari rumah dan keluarga kecil kita sudah bisa bercocok tanam yang sederhana di perkarangan kecil yang kita punya.

Misalnya menanam bayam atau kangkung yang dalam 2 minggu sudah  bisa panen. Atau menanam kentang, kacang hijau, dan lainnya.

“Karena sebuah rumah tangga disebut mempunyai ketahanan pangan jika penghuninya tidak berada dalam kondisi kelaparan atau dihantui ancaman kelaparan. Sebab kita juga harus bersiap-siap untuk kondisi terjelek jika pandemi Covid-19 ini berlangsung lama,” papar Emiliana Sri Wahjuni.

Seperti diketahui WHO atau World Health Organization menyebutkan ada empat komponen dalam ketahanan pangan yakni Ketersediaan Pangan, Akses Pangan, Pemanfaatan Pangan dan Kestabilan Pangan.

“Sementara disaat pandemi Covid-19 ini kita gampang sekali panik, takut, ragu-ragu. Nah itulah yang bikin kita tidak produktif, tidak berani kerja di luar seperti dulu lagi. Mau ke pasar takut hanya gara-gara berita Hoax,” tutur Emiliana Sri Wahjuni.

“Akhirnya kita tidak bisa kerja, kalau tidak bisa kerja artinya tidak ada penghasilan, kalau tidak ada penghasilan mana bisa beli makanan. Maka pemerintah menganjurkan masyarakat untuk mulai bercocok tanam di perkarangan rumah,” imbuhnya.

Emiliana Sri Wahjuni pun sudah mencontohkan hal tersebut dengan “menyulap” pekarangan rumahnya menjadi tempat bercocok tanam. Hal yang sama juga diharapkan dapat dilakukan masyarakat Kota Denpasar.

“Saya sudah panen cabe, bayam dan kunyit dari perkarangan di depan rumah. Semoga masyarakat juga bisa lebih kreatif dari saya. Anak-anak juga lebih pintar karena bisa mengenal sayur-sayuran secara langsung,” tutup ibu dari dua orang putri ini. (wid)