perikanan

Jakarta (Metrobali.com)-

Sektor perikanan harus mampu melakukan inovasi teknologi sebagai langkah mengurangi ketergantungan nelayan terhadap konsumsi bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.

“Kalau tidak ada inovasi, maka tiap kali ada kebijakan baru terkait BBM bisa membuat sektor perikanan kolaps,” kata Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Perikanan Indonesia (Gappindo) Bambang Suboko dalam diskusi bertajuk “Indonesia Berkemampuan Mewujudkan Kedaulatan dan Perikanan Berkelanjutan” di Jakarta, Rabu (27/8).

Menurutnya, untuk bisa melakukan inovasi tersebut harus mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah dalam masalah implementasi dan alokasi anggaran.

“Inovasi ini harus bersifat jangka panjang, karena kebijakan bahan bakar terus berubah namun harga ikan tidak pernah naik,” kata Bambang.

Dewan Pembina Kesatuan Nelayan Tradisonal Indonesia Riza Damanik juga menyetujui pentingnya inovasi di sektor perikanan mengingat besarnya komponen biaya BBM bagi nelayan. “Biaya untuk BBM cukup besar, yaitu 65 persen dari keseluruhan biaya produksi yang dikeluarkan oleh nelayan, dan itu berarti terjadi inefisiensi bahan bakar,” katanya.

Menurut Riza, salah satu contoh konkret inovasi tersebut adalah penerapan teknologi yang memberikan informasi adanya potensi ikan di Indonesia kepada nelayan. “Agar nelayan tidak perlu berburu, sehingga penggunaan bahan bakan bisa efisien,” ujarnya.

Riza juga menyarankan agar pemerintah mengupayakan alternatif bahan bakar untuk nelayan, selain bahan bakar fosil. “Sudah ada teknologi yang memungkinkan penggunaan energi surya, namunoleh pemerintah belum diaplikasikan untuk nelayan,” katanya.

Ia mengatakan pengetatan BBM bersubsidi sendiri memunculkan beberapa dampak merugikan bagi nelayan.

Antara lain menurunkan pendapatan nelayan, mengurangi daya jelajah nelayan, mengurangi masa periode menangkap ikan dan mengganggu sistem logistik pangan.

“Berbagai dampak tersebut mengindikasikan bahwa laut kita kosong, dan itu potensial memunculkan kasus pencurian ikan,” kata Riza. AN-MB