Foto: Sulistyowati usai meluncurkan buku berjudul “Saya Kamu Mereka #dirumahsaja”

Denpasar (Metrobali.com)-

Pandemi Covid-19 bagi sejumlah orang merupakan bencana, tetapi bagi sejumlah pelaku industri kreatif wabah penyakit ini justru memberi ajang untuk berinovasi.

Salah satunya adalah Ayu Sulistyowati yang meluncurkan buku berjudul “Saya Kamu Mereka #dirumahsaja” secara daring dan disiarkan dari Whale and Co, di Seminyak, Kabupaten.

Buku ini berisi tentang cerita banyak orang ketika pandemi Covid-19 terjadi, dan apa yang mereka peroleh.  Tidak hanya tulisan yang dimuat di dalam buku ini tetapi juga dipadukan dengan sejumlah karikatur.

Perpaduan antara tulisan karikatur tersebut diharapkan mempermudah orang untuk memahami pesan yang hendak disampaikan oleh penulis khususnya terkait pandemi Covid-19.

Termuat juga sisipan edukasi memutus mata rantai virus yang telah menewaskan ribuan orang di Indonesia. Buku yang dibalut cover berwarna merah ini diharapkan dapat juga menjadi media penyebar virus semangat dan edukasi ke seluruh pembaca.

“Buku ini memang diharapkan dapat menjadi media edukasi, salah satu bentuknya seperti pesan diam di rumah saja. Dengan begitu pembaca akan dapat mendapatkan edukasi dan menyebarkan ke orang lain juga,” tutur Ayu yang juga mantan wartawan harian Kompas ini saat peluncuran secara daring, Sabtu (9/8/2020).

Ide penerbitan buku ini berawal dari komunikasi Ayu bersama teman-temannya secara virtual selama periode Maret-Juni 2020. Berbagai obrolan dan curahan hati tersebut kemudian dikompilasi menjadi satu menjadi sebuah buku.

Dikarenakan melibatkan sejumlah orang yang dikenal, judul buku pun diberi nama Saya Kamu Mereka.

Adapun saat peluncuran buku, melibatkan Kepala Perwakilan Bank Indonesia di Tokyo Causa Iman Karana, serta pelaku UMKM seperti pendiri Samantha Project di Balikpapan, Lukas Adi Prasetya dan Martha Nalurita, serta pendiri warung kopi Whale & Co Aryo Indarto.

Keterlibatan sejumlah pelaku UMKM tersebut sebagai bentuk kolaborasi dan saling menguatkan di tengah pandemic yang memberi dampak terhadap pendapatan mereka.

Untuk mendukung phisycal distancing saat pandemic, buku Saya Kamu Mereka tidak dijual secara offline di toko-toko buku atau merchant tetapi di jual secara daring di situs Sayakamumereka.com ataupun Instagram @bukusayakamumereka.

Nantinya, pembeli juga bisa membelinya dengan paket pembelian buku dengan voucher hotel, produk kopi maupun produk lainnya dan pembacara hanya melalui cashless.

“Ini bentuk kreativitas untuk tetap bertahan sekaligus saling support dengan sesama pelaku UMKM. Kalau tidak kita siapa lagi,” tuturnya.

Sementara itu, Kepala Perwakilan BI di Tokyo Causa Iman Karana yang menjadi salah satu narasumber buku menceritakan Bali bisa belajar banyak dengan metode Jepang menangani pandemic Covid-19.

Dia juga berharap buku Saya Kamu Mereka bisa menjadi jembatan bagi pengembangan industri kreatif dari Bali ke Jepang. Menurutnya, kreativitas pada saat pandemic merupakan salah satu hal untuk dapat bertahan.

Pendiri Samantha Project, Lukas Adi Prasetya dan Martha Nalurita menceritakan, pendapatan mereka akibat pandemic turun drastis a. Namun, justru karena hal itulah mereka beradaptasi dan berhasil melahirkan ide-ide baru seperti pembuatan masker kain maupun membuat kain dengan motif baru.

Martha menuturkan inovasi dan kreasi harus ditumbuhkan dalam era pandemic dan dipadukan dengan kolaborasi dengan berbagai pihak.

Pendiri warung kopi Whale & Co, Aryo Indarto, sependapat dengan hal tersebut. Menurut dia, pengusaha harus bisa beradaptasi dengan perubahan pasar, kemudian berevolusi perlahan-lahan agar usahanya dapat bertahan.

Whale & Co mencontohkan salah satu inovasi yang coba dilakukan adalah dengan tetap membuka warungnya sejak pandemi mendera. (wid)