Foto: Ketua HIPMI Bali Digital I Made Artana, S.Kom., M.M., yang juga Ketua STMIK Primakara.

Denpasar (Metrobali.com)-

Satu lagi hadir organisasi yang akan menjadi tumpuan harapan penguatan pengembangan ekosistem ekonomi digital di Bali yakni HIPMI Bali Digital.

Badan Otonom (Banom) dari HIPMI (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia) Bali ini mengusung visi “Menjadi Integrator & Katalisator Pengembangan Ekosistem Ekonomi Digital di Bali.”

HIPMI Bali Digital ingin menempatkan diri sebagai penyambung dan merangkul semua komponen yang ada di dalam ekosistem untuk dapat bergerak secara sinergis.

“HIPMI Bali Digital juga ingin menempatkan diri sebagai katalisator yang mempercepat pengembangan ekosistem ekonomi digital di Bali,” kata Ketua HIPMI Bali Digital I Made Artana, S. Kom., M.M., ditemui di Denpasar, Minggu (16/6/2019).

Sebagai Badan Otonom, organisasi ini menginduk ke HIPMI Bali dan bertanggung jawab kepada Ketua Umum HIPMI Bali, namun organisasi ini bekerja secara mandiri.

Kenggotaan HIPMI Bali Digital terdiri dari pelaku, pemerhati dan peminat bisnis digital, baik dari anggota HIPMI maupun non-anggota HIPMI.

Kehadiran HIPMI Bali Digital didasari oleh begitu pesatnya gelombang ekonomi digital telah hadir dalam beberapa tahun belakangan ini dan menyebabkan banyak sekali perubahan bahkan disrupsi.

Digitalisasi terjadi pada hampir semua sendi kehidupan. Banyak bisnis yang terdampak, banyak peluang baru yang dimunculkan dan banyak pula tantangan yang harus dihadapi.

“Cara terbaik menghadapi perubahan besar adalah dengan mempersiapkan diri untuk memanfaatkan peluang yang hadir bersama perubahan tersebut, dan bukan malah tenggelam karenanya,” kata Artana.

Menghadapi hal ini, HIPMI Bali sebagai wadah pengusaha muda di Bali mendirikan sebuah Badan Otonom (Banom) yang bernama HIPMI Bali Digital. Keberadaan HIPMI Bali Digital ini diharapkan mampu menjadi komponen penting dalam pembentukan ekosistem ekonomi digital di Bali.

“Keberadaan ekosistem yang mendukung adalah syarat mutlak agar bisnis digital di sebuah daerah dapat berkembang secara sehat,” kata Artana yang juga Founder sekaligus Ketua STMIK Primakara (Technopreneurship Campus yang beralamat di Jalan Tukad Badung No. 135 Denpasar).

Bali Jadi “Digital Paradise”

Sebagai daerah destinasi internasional, mau tidak mau Bali terpapar oleh gelombang ekonomi digital lebih dari daerah-daerah lain di Indonesia.

Beberapa hal dapat menggambarkan Bali dan  ekonomi digital. Misalnya Bali khususnya daerah Canggu oleh sebuah situs komunitas digital nomade dinilai sebagai daerah tujuan digital nomade terbaik nomor dua di dunia setelah kota Barcelona. Para digital nomade di dunia banyak yang datang dan bekerja di Bali.

Situs berita CNBC juga mebuat video argumentasi bahwa Bali akan menjadi salah satu tempat yang tepat untuk mengembangkan startup dunia. Biaya hidup yang murah, kualitas hidup yang baik, direct flight ke banyak kota di dunia dan dekat dengan pasar Indonesia yang sangat besar menjadi faktor-faktor pendukungnya.

Di sisi Bali ekonominya saat ini lebih dari 60% bergantung kepada industri pariwisata. Industri Pariwisata sendiri sangat terdampak dan sangat membutuhkan dukungan solusi digital. Bali juga harus mampu menghadirkan industri lain sebagai pendamping industri pariwisata. Salah satu alternatif yang mungkin untuk dikembangkan adalah industri digital.

“Terlebih pula belakangan banyak event terkait ekonomi digital yang dilaksanakan di Bali baik pada tingkat nasional maupun internasional,” imbuh Artana yang juga pengusaha muda visioner yang telah lebih dari 20 tahun bergerak dalam bidang IT, mulai dari Software Development, IT Consulting hingga Internet Service Provider (ISP).

Bali Berpotensi Jadi Pusat Ekonomi Digital Indonesia

Dengan berbagai fakta tersebut, Bali memiliki potensi menjadi salah satu pusat ekonomi digital Indonesia. Memiliki infrastruktur dan talent yang memadai, pergaulan internasional, masyarakatnya yang cerdas, kreatif dan open-minded.

“Namun keberadaan ekosistem yang mendukung adalah syarat mutlak yang dibutuhkan agar usaha-usaha rintisan digital dapat tumbuh dan berkembang secara sehat,” kata Artana yang merupakan Juara I Penggerak Wirausaha Muda Berprestasi Tingkat Nasional tahun 2017.

Dalam ekosistem ini harus ada keterlibatan pemerintah sebagai regulator, perguruan tinggi dan pusat-pusat pelatihan yang akan menghasilkan talent. Lalu harus ada pasar yang menggunakan atau mengkonsumsi produk layanan yang dihasilkan.

“Harus pula ada sumber pendanaan dan ada komunitas-komunitas pendukung,” kata  Artana yang tercatat sebagai  peraih Technopreneur Award dari Majalah M&I dan salah satu dari 40 orang berusia di bawah 40 tahun Penggerak Masa Depan Pulau Dewata versi Majalah M&I.

Pada kenyataannya, komponen-komponen ini ada, namun tidak bersinergi dan tidak menyadari sepenuhnya peranan penting dari masing-masing.

“Disinilah peran penting kehadiran HIPMI Bali Digital untuk menjadi integrator dan katalisator pengembangan ekosistem ekonomi digital di Bali,” tegas Artana yang juga peraih CYEA (Creative Young Entrepeneur Award) dari Junior Chamber International, Most Outstanding Development Officer dan The Best Development Officer dari JCI Asia Pacific Development Council.

Rencananya HIPMI Bali Digital ini akan resmi diluncurkan dan diperkenalkan ke publik dalam waktu dekat. “Bersama HIPMI Bali Digital mari kita bangun ekosistem ekonomi digital di Bali,” ajak Artana. (wid)