Foto: Para petinggi ITB-STIKOM memberikan klarifikasi terkait hoaks, Selasa (3/12/2019 di Kubu Kopi, Denpasar.

Denpasar (Metrobali.com)-

Hoaks atau berita  bohong yang beredar dimedia sosial kemudian juga menyebar ke grup-grup WA (WhatsApp) dalam beberapa hari terakhir ini menyerang lembaga pendidikan ternama di Bali yakni ITB-STIKOM Bali.

Hoaks ini membuat segenap civitas akademika perguruan tinggi di bidang IT dan bisnis gerah. Tak berlama-lama menungg,  para petinggi ITB-STIKOM langsung turun gunung memberikan klarifikasi bertempat di Kubu Kopi, Denpasar, Selasa (3/12/2019).

Klarifikasi disampaikan Rektor ITB-STIKOM, Dr. Dadang Hermawan didampingi Ketua Yayasan, Drs Ida Bagus Dharmadiaksa, M.Si., Ak., Pembina Yayasan Prof Dr I Made Bandem, dan Pengawas Yayasan Ir Nyoman Swastika serta Wakil Ketua Yayasan Widya Dharma Shanti Denpasar, Marlowe Bandem.

Dalam klarifikasi ini disampaikan bahwa apa yang beredar di media sosial adalah tidak benar, justru STIKOM Bali menyayangkan info itu kembali beredar.

“Sebenarnya hoaks yang beredar merupakan pengulangan apa yang pernah terjadi di tahun 2015 lalu,” kata Dadang Hermawan mengingatkan, namun sejatinya persoalan itu sudah diklarifikasi dan tuntas.

Sementara itu, Ketua Yayasan, Drs Ida Bagus Dharmadiaksa, M.Si., Ak., dalam kesempatan ini dengan nada keras juga menyampaikan, dulu pihaknya bisa bersabar. Namun kali ini untuk menyikapi informasi sesat tersebut akan mengambil langkah hukum sesuai dengan perundangan yang berlaku.

“Kalau Prof Bandem mungkin bisa bersabar, tapi saya dalam hal ini akan mengambil sikap melakukan upaya hukum, karena ini menyangkut keberadaan lembaga pendidikan ITB-STIKOM Bali,” ujarnya.

Seperti diketahui sebelumnya beredar hoaks di media sosial bahkan sampai di group whatshapp hoax yang disebarkan oknum tidak bertanggungjawab dengan judul “Masyarakat Bali vs STIKOM Bali” yang jelas-jelas mendiskriditkan ITB-STIKOM Bali.

Pasalnya info tersebut tidak didasari  fakta yang mendasar, justru sebaliknya menyerang pribadi ataupun ITB-STIKOM Bali.

Wakil Ketua Yayasan Widya Dharma Shanti Denpasar, Marlowe Bandem pada keterangan persnya membeberkan  kronologis Hoax  “Masyarakat Bali vs STIKOM Bali” yang dimaksud.

Penelusuran tim forensik digital ITB STIKOM Bali diantaranya, konten hoax bersumber dari sebuah postingan lama (tertanggal 28 November 2015) di Facebook yang bertajuk “Masyarakat Bali vs STIKOM Bali Scorenya 4:0” yang dishare/dibagikan kembali oleh sebuah akun pada Jumat, 29 November 2019 pada pukul 12:11 PM.

Lantas, postingan tersebut juga dishare oleh setidaknya 18 akun Facebook sepanjang tanggal 29 November sampai 1 Desember 2019. Bahkan satu akun membagi ulang postingan lama tersebut sebanyak dua kali.

Selain itu ada postingan yang dibagikan secara khusus ke berbagai grup Facebook yang berkaitan dengan komunitas atau ikatan kekeluargaan Semeton Bali.

Kemudian, konten lama itu juga dibagikan via Whatsapp. Teks dari postingan lama didaur ulang dengan di-copy dan di-paste dengan pencantuman sebuah nama dan nomor telepon genggam.

Konten lama yang didaur ulang ini selanjutnya diteruskan melalui Whatsapp dan tampaknya secara khusus menargetkan sharing kepada grup-grup Whatsapp yang beranggotakan komunitas/warga Bali.

Disampaikannya, tanpa mengecek kebenaran konten, dan tanpa berusaha mengonfirmasi kebenarannya secara resmi ke ITB STIKOM Bali, konten hoax bermuatan SARA yang telah dikemas ulang tersebut ramai dishare di Whatsapp.

Pertanyaannya kemudian dan ini juga ditanyakan oleh banyak pihak adalah kenapa memosting ulang konten lama dari 28 November 2015 dan menyamarkannya seolah-olah konten baru?

“Permasalahan tahun 2015 yang dikaitan dengan Saudara Dadang Hermawan dan STIKOM Bali sudah tuntas setelah adanya klarifikasi dari yang bersangkutan, dan hal tersebut telah diterima dengan lega oleh publik luas,” kata Marlowe.

Menurutnya, hoax ini tak hanya membuat perasaan tak enak dan berdampak kerugian kepada Tri Dharma Perguruan Tinggi ITB STIKOM Bali.

Namun terpenting, hoax dan ujaran kebencian ini meresahkan dan berpotensi memecah-belah kerukunan, kepercayaan, dan kedamaian yang terus diperjuangkan bersama-sama di Bali dan Indonesia.

Setelah klarifikasi ini, pihaknya mengajak para pemangku kepentingan, pimpinan  lembaga pemerintahan, pimpinan perguruan tinggi, tokoh masyarakat, media massa, dan pihak aparat penegak hukum untuk berdialog dan mengkaji permasalahan ini agar tak terulang kembali di masa mendatang.

ITB STIKOM Bali akan bekerja sama dan meminta bantuan secara resmi dari pihak kepolisian untuk menganalisa motif dari hoax bermuatan SARA ini.

Bilamana ditemukan unsur-unsur kesengajaan untuk mendiskreditkan dan merugikan ITB STIKOM Bali secara moral maupun material, ITB STIKOM Bali akan berkoordinasi dengan mitra LBH untuk menempuh jalur hukum. (dan)