Jpeg

Gubernur Bali Made Mangku Pastika saat jumpa dengan Media di Ruang Humas Pemprov Bali, Renon, Denpasar, Selasa (5/01).

Denpasar (Metrobali.com)-

Pulau Bali mendapatkan julukan sebagai pulau terindah dari Majalah serta situs Travel+Leisure yang berpusat di New York City. Mereka menempatkan Pulau Bali menjadi kedua terbaik di dunia tahun 2016, di bawah Pulau Galapagos, Equador (score:90,82). Sedangkan Bali, Indonesia dengan score 88,98.

Mendapat julukan itu, Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengatakan bahwa sebagai masyarakat Bali tidak boleh terlena karena Bali disebut sebagai pulau terindah ke dua di dunia dan pertama di Asia.

“Kita tidak boleh terlena, tidak boleh diam kita harus terus meningkatkan kualitas kita, gelar itu bukan hanya sekedar kebanggaan tapi juga tanggung jawab. Kalau kita terlena yang ada kita jadi yang nomor tiga, kalau bisa naik jadi yang nomor satu,” pinta Pastika saat jumpa dengan Media di Ruang Humas Pemprov Bali, Renon, Denpasar, Selasa (5/01).

Mantan Kapolda Bali ini menjelaskan, sebagai warga Bali khususnya patut berbangga karena sedari jaman nenek moyang sudah mewarisi nama Bali. Dan itu menjadi kekuatan, apalagi orang-orang Bali relatif dikarunia kecerdasan, selain itu keuntungan di Bali tidak ada cuaca ekstrim seperti topan dan taifun.

Lantaran mendapatkan penghargaan yang menjadi tanggung jawab dan moral maka dari itu, menurut orang nomor satu di Bali ini banyak keluhan dari para wisatawan yang ditampungnya. Yang dikeluhkan wisatawan pertama sampah, dia memberikan contoh kabupaten Bangli kotanya bersih namun ketika ke daerah Kintamani yang notabene kawasan pariwisata terkesan tempatnya jorok.

Yang kedua macet, apalagi pertumbuhan kendaraan tinggi, hal ini tidak seimbang dengan pertumbuhan jalan sehingga menyebabkan kemacetan, hal inilah menurutnya harus ada solusi transportasi.

“Jangka panjang kita mau bikin fly over agar tidak terjadi persimpangan sebidang kalau disitu boleh bikin, kita bikin jangan under pass karena sulit sekali, fly over jauh lebih mudah, biaya 1/3 tapi jika masih bicara Bali maka tinggi jalan menjadi hal yang sulit karena bicara kesucian,” ungkapnya.

Kelemahan lainnya, dipaparkan Pastika terutama di bidang pariwisata. Dia menyebut banyak pramuwisata yg belum mampu memahami pariwisata Bali. “Bahkan kita belum berlisensi seharusnya ini tidak boleh beroperasi di Bali,” keluhnya.

Selain persoalan pramuwisata, persoalan lainnya adalah adanya persaingan harga hotel, dan mahalnya harga souvenir. Dia mengaku hingga saat ini, pihaknya belum bisa melakukan kontrol. “Karena over suplay ada yang murah sekali ada yang mahal sekali disparitas harga jadi satu kelemahan kita dan kita belum bisa memberikan kualitas yang baik, bandingkan dengan negara lain, kualitas kita masih X,” bebernya.

Masalah praktek jual beli kepala juga menurutnya di Bali masih berjalan sehingga menurutnya, kualitas pariwisata jadi merosot. “Masih ada tipu-tipu di money changer, orang diketok masih terjadi, restoran yang tidak memenuhi syarat kesehatan dan masih banyak lainnya,” kata Pastika.

Pastika mengungkapkan beberapa kelemahan inilah yang harus diperbaiki oleh pemprov Bali jika masih ingin mendapatkan gelar tersebut. Meski pihaknya sudah berusaha sekuat tenaga tahap demi tahap memperbaiki seperti membangun komitmen melalui moratorium pembangunan hotel. Namun dampaknya masih ada ketimpangan pembangunan di Bali bagian Utara, Selatan dan Timur.

“Saya kira beberapa kelemahan ini kita harus diperbaiki kalau masih ingin mendapatkan gelar itu. Pelestarian lingkungan juga kalau masih ingin disebut yang terindah ya harus diperbaiki. Ijin-ijin bangun hotel, vila ini butuh komitmen. Masih ada ketimpangan utara selatan dan timur. Selatan moratorium pembangunan hotel secara bertahap kita akan usahakan pembangunan infrastruktur shortcut jalan, target wisatawan harus kita perbaiki secara kualiats dan kita harus meredesign kualitas pariwisata kita menjadi quality tourism,” demikian Gubernur Bali.

Seperti diketahui, Majalah serta situs Travel+Leisure yang berpusat di New York City menempatkan Pulau Bali menjadi kedua terbaik di dunia tahun 2016, di bawah Pulau Galapagos, Equador (score:90,82). Sedangkan Bali, Indonesia dengan score 88,98.

Sementara itu untuk di peringkat Asia sebagai pulau terbaik di Asia maka majalah tersebut menempatkan Bali menjadi nomor satu dengan score 88,98 mengalahkan Maldives (score:88,53) dan Phuket, Thailand (score: 79,22). Majalah Travel+Leisure merupakan majalah travel bulanan yang berbasis di New York dengan jumlah pembaca sebanyak 4,8 juta orang. Majalah ini diterbirtkan oleh Time Inc. Majalah ini juga merupakan kompetitor terberat Conde Nast Traveler dan National Geographic Traveller.

Berikut peringkat pulau terbaik di dunia versi Travel+Leisure, Minggu (3/1/2016).

1. Pulau Galápagos, Equador (score: 90,82)
2. Bali, Indonesia (score: 88,98)
3. Maldives (score: 88,53)
4. Tasmania, Australia (score: 88,32)
5. Santorini, Yunani (score: 87,93)
6. Moorea, French Polynesia (score: 87,90)
7. Maui, Hawaii (score: 87,89)
8. Kauai, Hawaii (score: 87,88)
9. Great Barrier Reef, Australia (score: 87,31)
10. Malta (score: 86,90). SIA-MB