MetroBali

Selangkah Lebih Awal

Ini kata JK soal keputusan koalisi Partai Demokrat

Wapres Jusuf Kalla (ANTARA FOTO/Prasetyo Utomo)

Jakarta (Metrobali.com)-
Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengatakan posisi Partai Demokrat saat ini fleksibel dan mudah untuk mencari koalisi, mengingat pada Pemilu 2014 lalu partai tersebut terlihat lebih netral.

Hal itu dikatakan Jusuf Kalla untuk menanggapi rencana pembentukan koalisi antara Partai Demokrat, Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ,dan Partai Amanat Nasional (PAN).

“Jadi semua mungkin saja (terjadi). Jadi koalisi itu cocok-cocokan. Memang pada Pemilu 2014, Partai Demokrat lebih netral, jadi mudah untuk ke kiri dan ke kanan sekarang,” kata Wapres Jusuf Kalla di Istana Wapres Jakarta, Selasa.

Dalam sepekan terakhir, pertemuan antarpetinggi Partai Demokrat, Partai Gerindra, PAN dan PKS terjadi untuk membicarakan koalisi dan rencana mengusung pasangan capres-cawapres sebagai lawan Presiden Joko Widodo selaku petahana di Pemilu 2019.

“Prinsip politik itu, tidak ada kawan dan lawan abadi, yang abadi ialah kepentingan, kepentingan untuk maju, kepentingan untuk menang, kepentingan untuk jadi presiden. Jadi semua itu mungkin saja,” tambah Kalla.

Dengan berlakunya syarat dukungan paling sedikit 20 persen kursi partai atau gabungan partai di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Jusuf Kalla menjelaskan, maka partai politik yang terdaftar di Pemilu 2019 harus berkoalisi untuk memenuhi syarat tersebut.

“Dari koalisi yang ada, dapat diperkirakan bahwa kemungkinan itu hanya dua (pasangan) calon, karena itulah maka dua ini harus mengatur. Memang kesulitannya adalah banyak yang ingin jadi wakil presiden,” tuturnya.

Menurut Jusuf Kalla, pertemuan semacam itu wajar terjadi di masa menjelang pendaftaran capres-cawapres karena lebih membahas mengenai pembagian “jatah” kekuasaan jika memenangi Pemilu.

“Sehingga harus terjadi perundingan, power sharing yang dirundingkan itu sebenarnya. Jadi kalau menang nanti bagaimana, posisi masing-masing nanti seperti apa,” ujarnya.

Pembahasan koalisi antara Partai Demokrat, Partai Gerindra, PKS dan PAN dimulai sejak pertemuan antara Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Kuningan, Jakarta Selatan.

Selanjutnya, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan menemui SBY di kediaman SBY di Kuningan, di mana Zulkifli mengaku menawarkan tiga nama bakal calon wapres untuk rencana koalisi mereka.

Setelah itu, SBY melakukan kunjungan balasan ke kediaman Prabowo di Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan pada Senin siang (30/7) dengan didampingi putra bungsunya Edhie Baskoro Yudhoyono.

Di hari yang sama, pada malam harinya, Prabowo mendatangi Presiden PKS Sohibul Iman dan SBY menemui Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf.

Sumber : Antara