Panusunan Siregar-Kepala BPS Kalteng-DeTAK (1)

Denpasar (Metrobali.com)-

Bali mengalami inflasi perdesaan sebesar 0,39 persen selama bulan Mei 2014, jauh lebih tinggi dibanding rata-rata tingkat nasional yang hanya 0,23 persen.

“Dari 33 provinsi di Indonesia yang menjadi sasaran pengamatan, 26 provinsi di antaranya mengalami inflasi perdesaan dan tujuh daerah lainnya mengalami deflasi,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, Panusunan Siregar di Denpasar, Kamis (5/6).

Ia mengatakan, Bali menempati urutan kesepuluh dari 26 provinsi di Indonesia yang mengalami inflasi perdesaan, kondisinya semakin baik jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang mengalami inflasi tertinggi di Indonesia yakni 1,05 persen.

Sementara sekarang inflasi perdesaan tertinggi terjadi di Maluku sebesar 0,69 persen, dan inflasi pedesaan terendah di Jawa Barat yang hanya 0,05 persen.

Sedangkan deflasi perdesaan tertinggi terjadi di Nusa Tenggara timur (NTT) sebesar 0,33 persen dan deflasi perdesaan terendah di Kepulauan Riau yakni 0,04 persen.

Panusunan Siregar menambahkan, kondisi inflasi perdesaan di Bali yang lebih tinggi dari rata-rata nasional itu menunjukkan posisi daya tukar petani di Pulau Dewata sebesar 104,44 persen pada Mei 2014, meningkat 0,59 persen dari bulan sebelumnya yang tercatat 103,82 persen.

Kondisi itu menunjukkan posisi daya tukar petani Bali lebih tinggi dari rata-rata NTP nasional yang tercatat 101,88 persen pada bulan yang sama. Itu artinya tingkat kesejahteraan petani Bali masih lebih baik dibanding rata-rata secara nasional.

Panusunan Siregar menjelaskan, subsektor utama yang mendorong naiknya NTP Bali adalah subsektor hortikultura yang mengalami kenaikan sebesar 2,29 persen. Berbagai komoditas pertanian yang dihasilkan petani dikelompok ke dalam lima subsektor, yakni tamanan pangan, hortikultura, tanaman perkebunan rakyat, peternakan dan perikanan.

NTP diperoleh dari perbandingan indeks yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani semakin tinggi NTP, namun semakin kuat pula tingkat kemampuan daya beli petani.

NTP juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian terhadap barang dan jasa yang diperlukan petani untuk konsumsi rumah tangga, ujar Panusunan Siregar. AN-MB