Denpasar (Metrobali.com)-

PT Indonesia Power UBP Bali memberikan apresiasi terhadap Kelompok Nelayan Pesisir Karya (KNPK) Segara Kelurahan Serangan, Kota Denpasar dalam melestarikan terumbu karang sebagai salah satu daya tarik wisatawan dalam menikmati panorama alam bawah laut.

“Salah satu BUMN lewat dana sosial (CSR) membantu KNPK Segara untuk mengembangkan usahanya,” kata Wayan Sumanta yang membidangi CSR dari PT Indonesia Power di Denpasar, Sabtu (30/11).

Ia mengatakan, dana sosial yang diberikan secara berkesinambungan sejak beberapa tahun terakhir telah menjadi tumpuan ekonomi dari kelompok nelayan setempat.

Masyarakat setempat melestarikan terumbu karang setelah kondisi terumbu karang rusak akibat adanya reklamasi pantai serta prilaku masyarakat yang mengambil batu karang untuk tembok rumah.

Ketua KNPK Segara I Wayan Patut bersama 35 anggota kelompok yang seluruhnya masyarakat setempat melakukan tindakan nyata dalam melestarikan terumbu karang dengan mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Upaya yang dilakukan itu kini membuahkan hasil karena kawasan terumbu karang berkembang dengan berbagai jenis tanaman bawah laut, sekaligus menjadi tempat bersarang aneka jenis ikan berwarna-warni.

Kelestarian alam bawah laut itu menjadi salah satu daya tarik wisatawan untuk menyelam menikmati panorama alam bawah laut, tutur I Wayan Patut.

Pelestarian terumbu karang itu merupakan ekosistem yang sangat penting dalam menyangga keutuhan suatu kawasan dan habitat biota bawah laut.

Wayan Sumanta menyambut baik aktivitas kelompok yang menawarkan sistem penyelamatan lingkungan yang dilakukannya, kepada setiap wisatawan yang datang ke lokasi itu untuk diajak berwisata menanam terumbu karang dan melepas kuda laut.

“PT Indonesia Power UBP Bali memberikan bantuan dana sosial karena upaya yang dilakukan kelompok nelayan itu mampu menyelamatkan lingkungan, karena terumbu karang merupakan biota laut penyerap CO2 terbesar,” ujar Wayan Sumanta.

Ia menilai, pentingnya penyelamatan terumbu karang, untuk mengurangi polusi sebagai limbah dari pembangkitnya.

Oleh sebab itu pihaknya ingin mewujudkan taman terumbu karang di wilayah kerjanya. Hal itu dilakukan sehubungan ekosistim pesisir Pantai Serangan setelah reklamasi telah menimbulkan pergeseran habitat biota laut.

Perubahan besar struktur daratan Pulau Serangan yang semula luasnya 1.100 hektare, kini tinggal hanya 500 hektare.

Kondisi itu memicu perubahan prilaku masyarakat karena banyak terumbu karang yang terancam punah akibat desakan daratan buatan yang mempersempit lingkungan kehidupan penghuni lautan. AN-MB