batu akik

Jakarta (Metrobali.com)-

Pameran batu akik bertema “Indonesia Gemstone Fair” di Mangga Dua Square, Jakarta Utara mengenalkan ragam batu akik asal berbagai daerah di Nusantara.

“Kegiatan ini untuk memasyarakatkan batu akik dari berbagai wilayah Nusantara, meski dalam setahun terakhir batu akik semakin tren,” kata anggota panitia “Indonesia Gemstone Fair” Eri Ertanto di lokasi pameran, Jumat (19/9).

Ia mengatakan pameran batu akik terbesar di Indonesia itu diikuti 160 peserta dari berbagai daerah penghasil batu akik di Tanah Air.

Setiap daerah menurutnya, memiliki keunggulan dan keunikan tersendiri, seperti biosolar atau giok Aceh, batu sungai dareh dari Sumatera Barat, batu cempaka asal Bengkulu.

Selanjutnya, batu bacan yang tetap naik daun asal Halmahera, kecubung dari Pulau Kalimantan, lavender dari Sumatera Selatan, “green chalcedony” dari Garut, Jawa Barat.

“Pada pameran ini yang menjadi idola tetap bacan, tapi ada batu yang lagi naik daun yaitu jenis ‘idocrase’ seperti biosolar dari Aceh,” tuturnya.

Selain mengadakan pameran, panitia juga menggelar “Indonesia Gemstone Competition” yang diikuti 1.000 peserta.

Masing-masing peserta dapat mendaftarkan 30 hingga 40 batu untuk mengikuti kompetisi.

Ada 12 kelas kompetisi yang digelar sesuai jenis batu yakni kelas bacan doko, bacan palamea, idocrase, kecubung, kalsedon, pandan, berjad api, victorial agate badar, victoria agate crystal, kalimaya, agate chacedony, bebas dan suiseki.

Husin, peserta pameran dan kontes mengatakan masih mengandalkan bacan asal Halmahera untuk dipamerkan dan mengikuti kompetisi.

“Batu bacan ini punya keunikan yaitu warnanya masih berproses selama dipakai,” ucapnya.

Hampir seluruh batu akik asal Indonesia tetap berproses dalam warna, seperti mahluk hidup. Hal ini kata dia yang membedakan batu akik asal Indonesia dengan batu lainnya.

Husin mengatakan selama tiga hari mengikuti pameran, ia sudah memasarkan sejumlah batu dengan nilai penjualan Rp70 juta. AN-MB