Shinta W. Dhanuwardoyo

Jakarta (Metrobali.com)-

Praktisi menyebutkan Indonesia sangat berpeluang besar dalam mengembangkan industri ICT (Information and Communication Technology), apalagi saat ini sejumlah institusi siap memberikan dukungan pembiayaan dan pendampingan bagi pemula (start up).

 Hal ini dikemukakan dua praktisi ICT Shinta W. Dhanuwardoyo (pendiri Bubu.com dan Managing Partner Nusantara Ventures) dan Sylvia W. Sumarlin (Regional Director, WIMAX Forum Indonesia) dalam kuliah perdana Universitas Multimedia Nusantara (UMN) di Serpong Tangerang, Jumat (29/8).

 “Kuncinya adalah kreatif dan inovatif dalam menangkap peluang pasar maka akan banyak institusi yang akan menawarkan dukungan pendanaan termasuk melakukan pendampingan untuk memberikan berbagai masukan,” kata Shinta W. Dhanuwardoyo.

 Shinta dalam kuliah yang dihadiri 1600 mahasiswa baru dari berbagai bidang studi mengatakan, peluang bisnis ICT dapat dilihat dari jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 72 juta, dari jumlah tersebut 69 juta memiliki “account” facebook.

 Shinta yang pernah menggarap website plasa.com milik PT Telkom Indonesia mengatakan, dari jumlah tersebut 43 persen berusia di bawah 20 tahun serta mengendalikan mampu mengendalikan ekonomi dari sektor ini.

 “Rata-rata masyarakat Indonesia menggunakan internet selama 5 jam setiap hari, serta sebagian besar menggunakan ponsel untuk mengaksesnya sehingga menempatkan Indonesia berada diperingkat empat pengguna internet dunia,” ujar Shinta.

 Indonesia, kata Shinta, juga menempati peringat empat dunia dalam menggunakan twitter serta media sosial lainnya.

 Sementara bisnis ICT yang berkembang di Indonesia saat ini barulah e-commerce ditandai dengan munculnya situs-situs jasa jual beli, padahal situs pertemanan seperti Path dan lain sebagainya juga bisa menghasilkan uang.

Layanan e-commerce yang diminati masyarakat diantaranya fashion diperangkat pertama dan kuliner diperingkat kedua, dengan harga rata-rata di bawah Rp500 ribu, harga di atas itu tidak banyak peminat, jelas Shinta.

 Dia juga mengatakan, salah satu keberhasilan e-commerce ada cara pembayarannya sebagai banyak kemudahan misalnya melalui kartu kredit akan banyak peminatnya.

 Shinta mengatakan, saat ini dirinya juga menyediakan layanan pembiayaan dan pendampingan melalui Nusantara Ventures bagi para pemula (start-up) di bisnis ICT, dua diantaranya bahkan bisa menerobos pasar global.

 Dua mitra asuhannya tersebut adalah Catfiz Messenger media pertemanan dan Dread Out game online, keduanya merupakan buatan lokal tetapi banyak diakses di dunia internasional.

Catfiz banyak diminati terutama karena bisa membuat group sampai seribu orang, 40 persen pengunduh program ini berasal dari negara Timur Tengah, ternyata setelah disurvei karena sulitnya laki-laki dan perempuan dalam menjalin pertemanan maka mereka banyak menggunakan media sosial.

 Kemudian Dread Out merupakan game online yang mengisahkan seorang gadis yang tersesat dan bertemu dengan hantu-hantu saat mencari jalan keluar, hantu-hantu asal Indonesia seperti kuntilanak, genderuwo,tuyul ternyata diminati masyarakat luar negeri, ujar dia.

 Sedangkan, Sylvia W. Sumarlin mengatakan, perlunya perguruan tinggi termasuk UMN menyiapkan sumber daya manusia dalam menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN 2015.

 “Jangan sampai kehadiran MEA justru menjadi ancaman kalau kita lihat saat ini industri ICT kita masih tertinggal dibandingkan Singapura, Malaysia, bahkan Thailand,” ujar Sylvia.

“Memang kalau melihat visi dibentuknya MEA bagus, tetapi saat implementasinya seperti apa? Apakah kita siap,” ujar Sylvia.

Sylvia mengatakan, Indonesia harus berani mencuri teknologi tinggi yang dimiliki negara maju untuk kemudian dikembangkan sendiri untuk menghadapi persaingan.

 “Untuk meningkatkan daya saing di bidang ICT kita masih butuh kebijakan pemerintah dan kemauan politik untuk penerapannya,” ujar dia.

 Rektor UMN, Dr. Ninok Leksono mengatakan, saat ini yang sedang tren adalah internet, data besar dan keamanan cyber, semua ini ingin kami perkenalkan kepada mahasiswa baru UMN.

 Ninok mengatakan, sebagai perguruan tinggi UMN mempersiapkan lulusannya agar mampu menghadapi tantangan masa depan.

 “Kuliah perdana ini merupakan rangkaian kegiatan orientasi mahasiswa baru selama tiga hari untuk menumbuhkan jiwa technopreneurship,” kata Ninok. AN-MB