MARI PANGESTU

Jakarta (Metrobali.com)-

Pemerintah Indonesia melihat dan menganggap peran strategis Timor Leste sebagai “jembatan” antara Comunidade dos Pases de Lngua Portuguesa (CPLP) atau Komunitas Negara Berbahasa Portugis dengan negara-negara di ASEAN dan Asia Pasifik.

“Kami melihat peran strategis itu ada pada Timor Leste. Indonesia dan ASEAN sendiri siap membagi pengalaman dengan CPLP,” kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Mari Elka Pangestu dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (24/7).

Menparekraf diutus oleh Presiden R.I. Soesilo Bambang Yudhoyono untuk memenuhi undangan Pemerintah Timor Leste yang menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-10 Comunidade dos Pases de Lngua Portuguesa (CPLP) atau Komunitas Negara Berbahasa Portugis di Dili, Timor Leste, 22-24 Juli 2014.

Pada kesempatan tersebut, Menparekraf didampingi oleh Duta Besar LBBP RI di Dili, Timor Leste, Primanto Hendrasmoro dan Direktur Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain, dan Iptek, Harry Waluyo.

Mari Pangestu memberikan apresiasi kepada pemerintah dan rakyat Timor Leste yang telah berhasil meningkatkan pembangunan ekonomi dan memperkuat demokrasinya.

“Keberhasilan Timor Leste menjadi tuan rumah KTT ke-10 CPLP ini dapat dimanfaatkan untuk menunjukkan bahwa Timor Leste juga turut ambil bagian dalam forum kerja sama antarnegara dan menunjukan Timor Leste dapat mengorganisir event besar berskala internasional,” katanya.

Pada kesempatan tersebut, Mari pangestu juga mengapresiasi kemajuan yang telah diraih oleh CPLP.

“CPLP sejak didirikan tahun 1996, secara impresif telah menunjukkan banyak kemajuan tidak hanya menjadi perkumpulan negara-negara yang menjaga penggunaan bahasa Portugis sebagai simbol identitas budaya, tetapi juga memiliki tujuan yang sama dalam meningkatkan kesejahteraan sosial di antara negara anggota,” katanya.

Menurut dia CPLP selama ini fokus pada upaya pengentasan kemiskinan, keberlanjutan lingkungan, keamanan energi, ketahanan pangan, dan sebagainya.

Mari Pangestu juga melihat CPLP saat ini terus berusaha untuk meningkatkan lingkup kerja sama organisasi dan berusaha untuk lebih mengintegrasikan diri dengan berbagai lembaga kerja sama regional dan internasional.

“Hal ini ditunjukkan dengan mengundang para negara anggota ASEAN, Australia, Fiji, dan Selandia Baru pada KTT ke-10 CPLP ini,” katanya.

Mari Pangestu juga mengarisbawahi dalam keadaan ekonomi dunia yang masih penuh dengan ketidakpastian, dan tantangan serta kesempatan yang muncul dari perubahan iklim, kepentingan ketahanan pangan dan energi, dan pembangungan berkelanjutan, kerja sama regional menjadi isu yang sangat penting.

CPLP dibentuk pada 17 Juli 1996 di Lisabon dan saat itu beranggotakan Portugal, Brazil, Angola, Cape Verde, Guinea-Bissau, Mozambique, dan So Tom and Prncipe.

Pada 2002, Timor Leste ikut bergabung sebagai anggota dan menjadi Ketua untuk periode 2014-2016.

Tujuan kerjasama CPLP mencakup kerja sama dan persahabatan antarpemerintah dan promosi dan penyebaran bahasa Portugis, kerjasama di berbagai bidang termasuk pendidikan, kesehatan, iptek, pertanian, budaya dan olah raga.

Pasca kemerdekaan Timor Leste, CPLP turut membantu dalam pembangunan keadilan dan administrasi publik di Timor Timur.

Di luar bidang politik, salah satu program utama CPLP adalah program pencegahan HIV-AIDS di 5 negara Afrika anggotanya.

Kini kerja sama CPLP bergerak maju dengan memasukkan pembahasan di bidang ekonomi, termasuk ketahanan pangan dan penghapusan kelaparan dan kerja sama antar pengusaha.

Pertemuan Tingkat Tinggi (Summit) Kepala Negara/Pemerintah CPLP yang ke-10 di Dili, Timor-Leste merupakan yang ke sepuluh dan merupakan kesempatan pertama bagi Timor-Leste menjadi tuan rumah bagi pertemuan internasional dalam skala besar.

Pada Summit ini juga diundang negara-negara ASEAN, Australia, New Zealand dan Fiji. AN-MB