Keterangan foto: Ketua Yayasan Primakara I Made Artana/MB

Denpasar (Metrobali.com) –

Menurut Ketua Yayasan Primakara I Made Artana, salah satu pekerjaan rumah (PR) besar adalah bagaimana menghidupkan ekosistem startup yang ada khususnya di Bali. Perlu saling support dan melengkapi diantara para stakeholder untuk menciptakan ekosistem atau lingkungan dimana startup bertumbuh.

“Ibaratnya ekosistem startup seperti sebuah kolam yang harus mendukung ikan (startup) itu hidup dan berkembang di dalamnya. Pentahelix yakni unsur pemerintah, pihak swasta, komunitas, akademisi dan pelaku usaha startup harus saling mendukung dan menguatkan ekosistem ini,” terang Artana saat ditemui usai Bussines Matching yang digelar Inkubator Bisnis (Inbis) Primakara di Prime Plaza Hotel, Sanur, Kamis (1/11/2018).

Diakui pelaku startup digital ukurannya sekarang memang kecil. Tapi  mereka ada kelebihannya yakni sangat adaptif dengan perkembangan saat ini apalagi kemajuan IT. Jadi kehadiran startup digital ini bisa saling melengkapi dengan usaha konvensional besar yang tergabung di asosiasi pengusaha seperti HIPMI (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia) Bali maupun Kadin (Kamar Dagang dan Industri) Bali.

“Kami undang pihak swasta dan organisasi asosiasi pengusaha seperti HIPMI, Kadin, termasuk juga organisasi profesional seperti JCI dalam Bussines Matching agar pelaku usaha bisa berkolaborasi dan bisa saling mengisi dengan startup,” terang Artana.

Business Matching ini tujuannya mempertemukan antara startup tenant Inbis Primakara dengan calon investor, calon key partner, komunitas, dan asosiasi pengusaha. Harapan dari business macthing ini adalah ada pertemuan tahap lanjut untuk membicarakan bentuk kerjasama atau investasinya.

“Melalui acara FGD dan business matching ini, STMIK Primakara mengharapkan adanya support atau dukungan dari seluruh stake holder untuk berkolaborasi dan menjalin kerjasama yang lebih erat lagi. Semoga upaya ini akan mampu semakin menumbuh kembangkan ekosistem  startupyang ada di Bali dan di Indonesia secara lebih luas,” papar Artana.

Selain dukungan kalangan asosiasi pengusaha, dukungan pemerintah daerah juga tidak kalah penting. Dikatakan jika pemerintah daerah konsern pada pertumbuhan startup tentu hal itu sangat mendukung agar startup bisa survive (bertahan) dan berkembang.

“Dukungan pemerintah menjadi ekosistem yang penting bagi startup. Misalnya soal perizinan. Kalau perizinan untuk startup dipersulit dan disamakan dengan usaha konvensional lainnya misalnya harus punya gedung kantor, maka startup digital tidak akan bisa tumbuh,” ujarnya.

Sementara sebelum Bussines Matching ini, pada Rabu (31/10/2018) digelar Focus Group Discussion (FGD) & Bussines Matching yang juga dihadiri  Prof Hadi Karia Purwadaria dari Kemenristek Dikti selaku Konsultan Pendamping Inbis Primakara.

FGD penguatan kelembagaan Inbis Primakara mempertemukan Inbis Primakara dengan stakeholdernya seperti STMIK Primakara, perbankan, inkubator bisnis lainnya di Denpasar, lembaga perguruan tinggi seperti STP Nusa Dua, Unud, Unhi dan lain. Lalu organisasi asosiasi pengusaha seperti JCI, HIPMI, Kadin Bali  hingga co-working space yg ada di denpasar, komunitas IT, dan para tenant inbis.

Acara ini dimaksudkan untuk mendapat support dari stakeholder kepada Inbis Primakara. Diisi juga pameran dari 8 tenant startup binaan Inbis Primakara  seperti BioTech, Daksa Digital Technology, Kostpedia, Tripto, Miracle Gatesa, Ponkod, Patriat Medical & Devices, dan Medicall.

Pewarta: Widana Daud
Editor: Hana Sutiawati