Jakarta, (Metrobali.com) –

Bank Indonesia menilai impor bahan bakar minyak bersubsidi masih menjadi tantangan besar bagi upaya perbaikan defisit transaksi berjalan.

“Kita sudah mengikuti dari Januari sampai Juni perbaikan ekspor nonmigas dibandingkan dengan tahun lalu. Kalau ekspor membaik, tentu kinerja transaksi berjalan juga akan membaik dan memang tantangannya adalah BBM karena impornya masih besar dan defisit migas masih besar,” kata Gubernur BI Agus Martowardojo saat ditemui di Kompleks Perkantoran BI, Jakarta, Jakarta.

Pemerintah telah melakukan pembatasan konsumsi BBM bersubsidi untuk menekan impor BBM dan dilakukan setelah kuota yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan 2014 terancam terlampaui.

Hingga 31 Juli 2014, konsumsi solar bersubsidi mencapai 9,12 juta kiloliter atau menghabiskan 60 persen jatah APBN-P 2014. Sedangkan realisasi konsumsi Premium mencapai 17,08 juta kiloliter atau 58 persen dari kuota APBN-P 2014.

Dari sisi ekspor, Agus juga menyambut baik dengan telah adanya solusi untuk ekspor mineral, tidak hanya Freeport, namun juga renegosiasi lebih dari 100 kontrak karya yang berhasil dilakukan pemerintah.

Dengan demikian, lanjut Agus, kegiatan ekspor mineral tersebut juga dapat memberikan kontribusi terhadap penerimaan negara dan juga tentunya komitmen untuk membangun smelter.

“Jadi kami menyambut baik karena itu akan memperbaiki kinerja ekspor kita dan jadinya kalau melihat 2014 perbaikan ekspor nonmigas dan juga ekspor dari sumber daya alam akan membaik,” kata Agus.

(Ant) –