Purwokerto (Metrobali.com)-
Keluarga pasien asal Desa Sudimara, Kabupaten Banyumas, mengadu ke Komisi D DPRD Banyumas atas pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Margono Soekarjo, Purwokerto, yang mengakibatkan meninggalnya Sutinah (34) beserta bayi yang baru dilahirkan.

Keluarga Sutinah yang mendatangi gedung DPRD Banyumas di Purwokerto, Senin (11/7), terdiri atas Tarto (kakak kandung korban), Eva Oktianingsih, Eko Waluyo, dan Oscarito.

Kedatangan mereka yang didampingi anggota Komisi A DPRD Banyumas Saefudin yang berasal dari Cilongok itu ditemui Sekretaris Komisi D Yoga Sugama.

Saat mengadu, Tarto mengatakan adiknya, Sutinah, yang tercatat sebagai warga Desa Sudimara RT 01 RW 02, Kecamatan Cilongok, meninggal dunia pada hari Minggu (10/7), sekitar pukul 04.50 WIB, saat menjalani perawatan intensif di RSUD Margono Soekarjo usai persalinan.

Bahkan, kata dia, bayi yang baru dilahirkan Sutinah meninggal dunia pada pukul 04.00 WIB atau beberapa saat setelah lahir.

Padahal sebelum dirujuk ke rumah sakit milik Pemerintah Provinsi Jawa Tengah itu, lanjut dia, bidan desa menyatakan Sutinah dalam kondisi sehat namun perlu dirujuk karena harus menjalani penanganan khusus.

“Kami mengadu karena merasa kecewa atas pelayanan yang dilakukan pihak rumah sakit. Kami tidak akan menuntut atas kematian Sutinah namun kami sejauh ini belum bisa menerima atas pelayanan medis selama adik saya menjalani perawatan dan proses persalinan di rumah sakit,” katanya.

Menurut dia, Sutinah dirujuk ke RSUD Margono Soekarjo pada hari Jumat (8/7) namun saat mendaftar pada pukul 09.00 WIB mendapat antrean untuk pelayanan sore hari.

Akan tetapi setelah dilakukan pengecekan, kata dia, Sutinah disarankan datang kembali pada hari Sabtu (9/7), pukul 05.00 WIB, namun penanganan baru dilakukan pada pukul 13.00 WIB dengan pemeriksaan melalui ultrasonografi (USG) dan diberi infus.

“Sabtu siang, dia masih bisa jalan-jalan, tapi setelah pukul 15.00 WIB mulai ada penanganan sampai Minggu pagi, kami dikabari kalau sudah meninggal bersama anaknya,” kata Tarto.

Sementara Eva Oktianingsih yang turut mendampingi proses persalinan yang dijalani Sutinah mengatakan perlakuan perawat, bidan, dan tenaga medis lainnya tidak ramah dan kasar sehingga terkesan menyepelekan pasien.

“Saya dengar sendiri perkataan perawat atau bidan yang kasar pada kakak ipar, padahal saat itu dalam kondisi tegang karena sedang proses persalinan. Siapa yang tidak syok saat pasien sedang panik dan tegang diperlakukan kasar seperti itu,” katanya.

Menurut dia, tenaga medis itu sempat mengeluarkan perkataan bernada marah dengan menyebut jika bayinya sudah keluar tetapi tidak menangis.

Bahkan saat masih kritis dan kejang, kata dia, Sutinah masih disalahkan oleh tenaga medis yang menanganinya.

Ia mengaku siap memberikan keterangan jika dilakukan klarifikasi dengan rumah sakit maupun Dinas Kesehatan.

Terkait permasalahan tersebut, Sekretaris Komisi D DPRD Banyumas Yoga Sugama mengatakan seharusnya pasien tidak diminta datang kembali sehari setelah pertama kali datang ke rumah sakit karena jika bidan desa sudah memberikan rujukan berarti ada kondisi darurat yang butuh penanganan khusus.

“Apa karena ini pasien Kartu Indonesia Sehat (KIS) sehingga pelayanannya disepelekan. Mestinya kalau sudah rujukan ya harus ada penanganan yang serius,” katanya.

Menurut dia, standar operasional prosedur (SOP) pelayanan di rumah sakit tersebut masih buruk terutama dalam keramahan, kenyamanan, dan keamanan bagi pasien maupun keluarganya.

Terkait hal itu, dia mengatakan pihaknya akan memanggil manajemen RSUD Margono Soekarjo dan Dinas Kesehatan untuk dipertemukan dengan keluarga pasien pada hari Rabu (13/7) sehingga para pihak dapat diklarifikasi secara langsung.

Saat dihubungi wartawan, juru bicara RSUD Margono Soekarjo Nurekta mengatakan kasus-kasus pasien seperti yang dialami Sutinah itu banyak terjadi sehingga pihaknya berupaya melakukan pendekatan dengan keluarga.

Menurut dia, pihaknya menyampaikan permintaan maaf jika ada perawat atau tenaga medis lainnya yang tidak memuaskan dalam memberi pelayanan.

“Kadang-kadang memang ada komunikasi yang tidak pas antara pihak keluarga atau pasien dan perawat. Jika memang ini terkait pelayanan yang masih dianggap kurang ramah dan memuaskan, ini akan kami perbaiki,” kata dia yang menjabat Kepala Bagian Umum RSUD Margono Soekarjo itu.

Bahkan, kata dia, pihaknya sudah mengunjungi rumah keluarga korban.

Ia mengatakan apa yang terjadi sama sekali tidak ada kaitannya dengan pasien yang menggunakan KIS.

“Kami sama sekali tidak membedakan pasien yang menggunakan kartu KIS atau BPJS dengan pasien umum. Kami siap datang memenuhi undangan DPRD untuk klarifikasi,” katanya. Sumber : Antara