Ibas-Batik-Ngawi2

Ngawi (Metrobali.com)-

Edhie Baskoro Yudhoyono atau yang akrab disapa Ibas melakukan kunjungan ke Desa Brangol, Kecamatan Karangjati, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, pada Selasa (28/1/2014). Kunjungan ini bertujuan untuk melihat langsung proses pembuatan batik tulis tradisonal khas Ngawi. Kedatangan Ibas di Desa Brangol disambut masyarakat setempat dengan penuh antusiasme.

Tidak hanya mampu membuat batik, masyarakat Desa Brangol juga memiliki kemampuan untuk mengolah limbah menjadi produk yang memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi. Menyaksikan hal tersebut, Ibas menyatakan ketakjubannya dengan kreatifitas warga yang mampu mengolah sumber daya alam yang tersedia.

“Saya sangat takjub dengan kreatifitas dan keuletan masyarakat yang mampu menggerakan perekonomian sekaligus memberdayakan masyarakat,” ungkapnya.

Di sela-sela perbincangan dengan para pengrajin batik, Ibas mencoba membuat motif batik menggunakan canting (alat untuk membatik) pada sehelai kain yang telah diberi pola. “Ternyata, ngga gampang yah nyanting batik itu,” ujar Ibas di hadapan para pengrajin batik.

Karena baru pertama kali, Ibas menyanting batik terlihat kaku. Dia menilai perlu keterampilan khusus untuk menjadi pengrajin batik. “Ini pertama kali saya membatik, makanya sampai belepotan begini. Saya perlu belajar dari ibu-ibu semuanya,” lanjut Ibas sambil tersenyum.

Dalam konteks yang lebih besar, Ibas mengatakan bahwa pemerintah sangat serius mengembangkan usaha kecil dan menengah demi membangun kesejahteraan rakyat. “Hal tersebut dapat kita lihat dari implementasi program-program UKM selama ini yang pro rakyat,” tegasnya.

Sekretaris Jenderal Partai Demokrat ini menyatakan pengembangan ekonomi batik, seyogyanya perlu terus ditingkatkan mengingat trend dan prospek pasar batik yang  sangat menjanjikan baik untuk dalam maupun luar negeri.

Menurut Ibas hal tersebut sangat perlu dilakukan mengingat batik dari sisi ekonomi telah berkontribusi menggerakkan ekonomi nasional dengan nilai ekspor sebesar 69 juta dollar AS. Disamping itu sebesar 99,39% dari 55.912 unit usaha yang bergerak di dalam industri batik adalah Usaha Mikro dan Kecil, dengan konsumen batik dalam negeri lebih dari 72,86 juta orang.

Dari sisi penyerapan tenaga kerja, industri batik telah berhasil menyerap sekitar 3,5 juta orang tenaga kerja yang menyebar di berbagai wilayah. Hal ini tentunya sangat signifikan dalam memberi kontribusi penciptaan lapangan kerja dan peningkatan penghasilan rakyat.

Sementara itu, menurut Sukadi, pemilik UD Pringgondani, sebuah lembaga yang menaungi para pengrajin batik Desa Brangon, usaha ini baru digeluti sekitar dua tahun ke belakang.

Dia menyatakan, melalui program-program pemerintah yang pro-rakyat, usaha pembuatan batik tulis tradisional ini secara perlahan bangkit. “Alhamdulillah berkat program pemerintah melalui bantuan bagi UKM, kami mendapatkan modal dengan kredit ringan,” katanya.

Sukadi mengakui bahwa saat ini sudah menerima banyak pesanan dari kantor-kantor di beberapa kota di sekitar Ngawi. “Ke depan, harapan saya Batik Ngawi dapat sejajar dengan batik dari kota-kota lain seperti Solo, Pekalongan, dll,” tambahnya.

Pembuatan Batik khas Ngawi dari Desa Brangol Kecamatan Karangjati dikerjakan oleh ibu-ibu PKK. Adapun motif yang dikembangkan oleh para pengrajin batik khas Ngawi diantaranya adalah Beteng Pendem, Balung Pring, Kali Tempu, Soco Jati, Melon Raya, Selancar Purba, dan juga Jagat Awi. TMD-MB