Jpeg

Denpasar (Metrobali.com) –

Masyarakat Bali diminta untuk menghemat air, meski potensi air di Bali masih cukup besar. Hal ini disampaikan oleh Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) I Ketut Ari Artana di sela media gathering bersama PT. Tirta Investama di Desa Budaya Kertalangu, Kesiman, Denpasar Timur, Kamis (30/4).

Diakuinya, belum ada penelitian secara detail tentang air tanah di pulau Dewata. Karena itu ketika ada pernyataan dari sebuah LSM yang menyatakan Bali krisis air dan hanya tinggal 20 persen saja sisa kecukupan air di Bali, pihaknya membatahnya.

“Data dari Yayasan IDEP yang menyebutkan cadangan air di Bali tinggal 20 persen, saya pikir belum tentu, mungkin mereka punya saya sendiri tapi saya berani memastikan bahwa air tanah di Bali masih stabil. Tingkat resapan batuan vulkanik di Bali masih baik,” papar Artana yang juga bekerja di Bidang ESDM Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Bali ini.

Dijelaskan Artana, pemerintah provinsi Bali sudah memiliki sumur pantau dibeberapa titik yang tersebar di beberapa kabupaten seperti di Gianyar, Denpasar, Badung, Tabanan, Buleleng , Jembrana dan Karangasem. Kabupaten yang belum memiliki sumur pantai adalah kabupaten Bangli dan Klungkung.

“Paling banyak di Badung di Kuta ada 3, dari provinsi 2 dan 1 kabupaten Badung, dari hasil pemantauan yang kita lakukan pada sumur pantau, poduksi airnya kita biarkan begitu saja.
Belum terjadi penurunan permukaan  air tanah yang signifikan konstan, kedua dari segi kualitas,  daerah lain masih normal, hanya Kuta dan Denpasar, dari segi fisik daya hantar listrik ada penurunan kualitas,” jelasnya.

Menurut Artana, kecenderungan penurunan di dua kawasan itu karena ada tingkat pengambilan yang relatif meningkat ketika sumur makin dieksploitasi, maka sumur tersebut kualitas airnya akan turun. Dan khusus untuk daerah selatan, merupakan tingkat pengambilan air tanahnya yang paling besar, yakni di kawasan Kuta, Badung an Sanur, Denpasar.

Dikatakannya kondisi yang ada saat ini justru di Bali boros akan air. Hal ini dikarenakan perilaku masyarakat Bali yang tidak bisa menghemat dalam penggunaan air.

“Minimal kita mandi dua kali sehari lihat orang asing, Jepang itu mandi satu kali sehari, gosok gigi anda pake gelas gak, gak kan pake keran kan. Dari perilaku kita aja, orang Bali senang berendam yang punya bath up, dari perilakulah hal ini muncul, apalagi harga air tanah dijual oleh kabupaten masih sangat murah, coba kalau sudah kesulitan air,” tandasnya.

Bahkan menurutnya, sudah ada Peraturan Menteri atau Permen ESDM No 12 tahun 2012 yang mengatur tentang penghematan penggunaan air tanah, disana dijelaskan bagaimana menggunakan air, bagaimana memantapkan air limbah dan lain-lain, namun ditegaskannya pemerintah masih kurang mensosialisasikan bagaimana caranya berhemat terhadap penggunaan air.SIA-MB