BPJS KESEHATAN

Denpasar (Metrobali.com) –

Ketua APINDO Bali Panundiana Kuhn mengungkapkan banyak hotel berbintang di Bali yang menolak kepesertaan program BPJS Kesehatan. Penolakan tersebut disebabkan, banyak pegawai hotel selevel manajer ke atas dengan gaji yang besar dan fasilitas kesehatan yang premium. Mereka beranggapan BPJS Kesehatan murah dan tidak sesuai dengan level kerja mereka.

“Mereka beranggapan bahwa BPJS Kesehatan itu terlalu murah, dengan fasilitas yang terlalu sederhana. Itulah sebabnya mereka tidak mau masuk BPJS Kesehatan. Saya tahu data itu, tetapi saya tidak mau sebut nama hotelnya,” ujarnya di Denpasar saat tampil sebagai pembicara dalam Workshop Sosialisasi Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) untuk Jurnalis di Hotel Aston Denpasar, Jumat (27/3).

Mereka meminta penundaan pemberlakukan BPJS Kesehatan sampai dengan kontrak selesai. Dan hal ini diizinkan. Padahal bertentangan dengan Undang-undang (UU).

“Mereka berpikir jika harus memakai BPJS Kesehatan, perusahan akan membayarnya dua kali,” ujarnya. Saat ini jumlah hotel bintang 5 ke atas di Bali jumlahnya mencapai sekitar 180 unit dengan jumlah lebih dari 500 kamar.

Namun di sisi lain, banyak juga warga negara asing (WNA) dengan status yang tidak jelas lebih memilih program BPJS baik Kesehatan maupun BPJS Ketenagakerjaan. Umumnya WNA ini terdiri dari pekerja kelas menengah ke bawah.

“Mereka beranggapan bahwa jaminan kesehatan dan tenaga kerja di Indonesia sangat murah. Mereka malahan tidak mau masuk asuransi kesehatan di negara asalnya,” ujarnya.

Bila dipertimbangkan, memang rasanya tidak adil. Tetapi UU membolehkan bagi WNA yang sudah bekerja di Indonesia minimal 6 bulan berturut-turut, maka dia berhak mendapatkan berbagai fasilitas kesehatan yang ditangggung oleh negara.SIA-MB