Panusunan Siregar-Kepala BPS Kalteng-DeTAK (3)

Denpasar (Metrobali.com)-

Subsektor hortikultura mendorong nilai tukar petani di Bali meningkat 0,56 persen, yaitu dari 98,52 persen pada Januari 2014 menjadi 99,07 persen pada Februari 2014.

“Kenaikan NTP pada subsektor hortikultura berkat naiknya indeks yang diterima petani sebesar 0,86 persen lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan indeks yang dibayar petani sebesar 0,30persen,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Panusunan Siregar di Denpasar, Kamis.

Ia mengatakan, demikian pula kenaikan indeks yang diterima petani didorong oleh naiknya indeks harga kelompok sayur mayur sebesar 1,01 persen, buah-buahan 0,78 persen, dan tanaman obat 2,02 persen.

Naiknya kelompok harga sayur mayur antara lain disebabkan oleh naiknya harga komoditas cabe rawit sebesar 6,50 persen, kentang 5,09 persen, nangka 4,66 persen dan wortel 3,23 persen.

Panusunan Siregar menambahkan, sementara untuk kelompok buah-buahan antara lain dipicu oleh naiknya harga stroberi sebesar 11,11 persen, mangga 6,80 persen dan pisang 3,29 persen.

Kenaikan kelompok tanaman obat dipicu antara lain naiknya harga jahe sebesar 3,89 persen dan kunyit 2,41 persen.

Sedangkan disisi lain kenaikan indeks yang dibayar petani akibat naiknya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,29 persen serta biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) 0,32 persen.

Panusunan Siregar menambahkan, subsektor hortikultura merupakan salah satu dari lima komponen pembentukan NTP Bali. Dari lima komponen NTP Bali itu tiga di antaranya mengalami kenaikan dan dua menunjukkan angka penurunan.

Ketiga komponen yang mengalami kenaikan selain subsektor hortikultura juga tanaman perkebunan rakyat dan suksektor perikanan.

Dua sektor yang mengalami penurunan meliputi tanaman pangan dan subsektor peternakan, ujar Panusunan Siregar.. AN-MB