Hasyim_Muzadi

Kudus(Metrobali.com)-

Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi menganggap Bangsa Indonesia saat ini membutuhkan pemimpin yang jujur.

“Hanya saja, pemimpin tersebut juga harus memiliki visi dan kompetensi dalam mengurusi negara,” ujarnya di Kudus, Jateng, Rabu (28/5).

Pemilu Presiden 9 Juli 2014 diikuti dua pasangan capres dan cawapres, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla.

Menurut dia, karakter pemimpin yang jujur saat ini memang sangat didambakan masyarakat luas, karena sudah terlalu lama pemimpin bermain.

Kehancuran suatu negara, kata dia, bukan karena pemimpinnya tidak pintar, melainkan karena tidak memiliki kejujuran.

Terkait dengan figur calon presiden dan wakil presiden yang layak dipilih, kata dia, selain harus memiliki kejujuran, tentunya harus mampu melakukan penegakan hukum dan keadilan di bidang ekonomi.

“Secara pribadi, saya memilih calon pemimpin yang mendekati persyaratan tersebut, karena tidak ada pemimpin yang sempurna,” ujarnya.

Dari kedua pasangan capres dan cawapres yang ada, dia mengakui, kedua kubu sudah pernah bersilaturahmi ke tempat kediamannya untuk meminta bantuan dalam Pemilu Presiden 2014.

Hanya saja, kata dia, dirinya hanya bisa membantu satu kubu, yakni dari Jusuf Kalla yang mendampingi Joko Widodo untuk Pilpres 2014.

“Untuk pasangan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa, tentunya saya hanya bisa mendoakan,” ucapnya.

Ia mengakui, sudah mengetahui kapasitas dan hasil kerja Jusuf Kalla selama memimpin.

“Jusuf Kalla amalnya juga sudah jelas, termasuk ketika terjadi konflik agama di Maluku serta masalah yang menyangkut permasalahan di tengah masyarakat,” tuturnya.

Soal usia, menurut dia, bukanlah jaminan seseorang memiliki produktivitas, karena ada pula pemimpin yang usianya cukup tua justru cukup produktif.

Demikian halnya, kata dia, pemimpin yang usianya tergolong muda juga ada yang cukup produktif.

Alasan lain dirinya bersedia membantu kubu Jusuf Kalla, karena tim pendukungnya dinilai tidak terlibat persoalan korupsi maupun skandal ekonomi.

Terkait dengan Jokowi yang belum lama memimpin DKI Jakarta, lanjut Hasyim diperkirakan memang ada yang kecewa. Akan tetapi, Jokowi masih tetap berada di Tanah Air untuk memimpin negara ini. AN-MB