Benghazi, Libya (Metrobali.com) –

Seorang guru Amerika ditembak mati di Benghazi, Kamis, 15 bulan setelah serangan mematikan terhadap konsulat AS di kota kedua Libya itu, kata beberapa pejabat medis dan keamanan.

Korban tewas adalah seorang warga AS yang mengajar di sekolah internasional di kota itu, kata juru bicara badan keamanan Ibrahim al-Sharaa.

Ia dibunuh ketika sedang lari pagi di daerah Al-Fwihet, Benghazi pusat, kata Sharaa.

Mayat warga AS berusia 33 tahun itu dibawa ke Pusat Medis Benghazi, kata juru bicara rumah sakit tersebut Khalil Gwider.

Direktur sekolah internasional Benghazi Adel al-Mansuri mengatakan, warga AS yang dibunuh itu mengajar ilmu kimia sejak akhir tahun lalu.

Dalam kekerasan lain di kota itu, Kamis, dua prajurit Libya tewas ditembak dalam insiden-insiden terpisah – serangan mematikan terakhir terhadap aparat keamanan dalam beberapa pekan ini, kata beberapa pejabat.

Kamis pekan lalu (28/11), tiga prajurit tewas ketika militer bentrok dengan militan Ansar al-Sharia pada hari terakhir pemogokan tiga hari untuk memprotes keberadaan milisi di kota itu.

Dalam serangan lain pada hari itu, orang-orang bersenjata yang naik sebuah kendaraan memberondongkan tembakan ke arah dua prajurit ketika mereka memasuki sebuah mobil setelah meninggalkan kafe, menewaskan satu orang, kata beberapa saksi.

“Prajurit itu tewas setelah tertembak kepalanya,” kata seorang petugas medis di Rumah Sakit Al-Jala, Benghazi.

Beberapa saksi mengatakan, prajurit kedua selamat tanpa cedera.

Pembunuhan-pembunuhan Kamis itu terjadi sehari setelah tiga prajurit ditembak mati dan mayat dua orang lagi ditemukan di kota berdekatan Derna.

Dewan kota Benghazi mengumumkan pemogokan tiga hari setelah patroli militer diserang di dekat markas Ansar al-Sharia, kelompok militan yang dituduh bertanggung jawab atas serangan terhadap misi AS pada 2012.

Benghazi, tempat lahirnya pemberontakan anti-pemerintah yang menggulingkan rejim Muamar Gaddafi, dilanda pemboman dan serangan-serangan terhadap aparat keamanan dan juga konvoi serta organisasi internasional dan beberapa misi Barat.

Pihak berwenang menyalahkan kelompok garis keras atas kekerasan itu.

Militan yang terkait dengan Al Qaida menyerang Konsulat AS di Benghazi yang menewaskan Duta Besar AS untuk Libya, Chris Stevens, dan tiga warga lain Amerika pada 11 September 2012.

Pemerintah baru Libya hingga kini masih berusaha mengatasi banyaknya individu bersenjata dan milisi yang memperoleh kekuatan selama konflik bersenjata yang menggulingkan Muamar Gaddafi. (Ant/AFP)