Foto: Anggota Komisi IV DPRD Kota Denpasar yang membidangi pendidikan, Anak Agung Ngurah Gede Widiada yang juga Penglingsir Puri Peguyangan Denpasar.

Denpasar (Metrobali.com)-

Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kota Denpasar memutuskan menunda rencana simulasi pembelajaran tatap muka di Kota Denpasar yang semula dijadwalkan mulai digelar Januari 2021. Imbasnya, pembelajaran tatap muka di sekolah-sekolah di Kota Denpasar yang sebelumnya sempat diwacanakan akan dimulai Maret 2021 juga ditunda hingga batas waktu yang belum ditentukan.

Penundaan ini dilakukan sebab kasus positif Covid-19 di Kota Denpasar dari hari ke hari masih mengalami peningkatan selain memang saat ini Denpasar masih menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

Terkait hal ini, Anggota Komisi IV DPRD Kota Denpasar yang membidangi pendidikan, Anak Agung Ngurah Gede Widiada meminta Pemerintah Kota Denpasar berani mengambil sikap dan kebijakan tegas meniadakan pembelajaran tatap muka untuk satu tahun ke depan. Artinya paling tidak hingga akhir tahun 2021, sehingga tidak ada lagi wacana pembukaan sekolah atau pembelajaran tatap muka Maret atau beberapa bulan ke depan.

“Sudah berkali kali ada wacana (pembelajar tatap muka) tapi lagi maju mundur. Kalau pemerintah berani tegas, harus berani merencanakan selama satu tahun ke depan tidak ada pembejalaran tatap muka,” kata Anggota Dewan yang akrab disapa Gung Widiada ini, Sabtu (16/1/2021).

Dengan adanya kebijakan yang memastikan selama setahun ke depan tidak ada pembelajaran tatap muka di Kota Denpasar, Gung Widiada yang juga Penglingsir Puri Peguyangan Denpasar ini berharap ada persiapan atau ancang-ancang perubahan perilaku siswa maupun orang tua siswa untuk beradaptasi selama satu tahun ke depan ini hingga ada kepastian pembukaan pembelajaran tatap muka dengan jaminan keamanan dari paparan Covid-19.

Di sisi lain karena sekarang pemerintah gencar menjalankan program vaksinasi Covid-19 yang telah dimulai pertengahan Januari 2021 ini, kata Gung Widiana, maka setiap tiga bulan sekali bisa dilakukan evaluasi atas kebijakan peniadaan pembelaran tatap muka ini. Namun evaluasi ini bukan berarti serta-merta bisa segera mengubah kebijakan dengan memulai pembelajaran tatap muka tahun ini.

“Dalam  satu tahun ke depan kita merencakan tidak ada pembelajaran tatap muka tetapi setiap tiga bulan sekali kita lakukan evaluasi sehingga dalam dua bulan berjalan  kita bisa sudah melihat kalau perkembangan Covid-19 melandai dan bisa bertahan selama satu bulan turun terus, maka berani kita merencanakan pembelajaran tatap muka. Tapi kalau tidak, ya kita lihat perkembangan tiga bulan berikutnya,” papar  Gung Widiada.

“Artinya jangan diwacanakan bulan ini, bulan itu pembelajaran tatap muka dilakukan tahun ini yang bisa menyebabkan otoritas sekolah bingung,” imbuh Anggota Komisi IV DPRD Kota Denpasar yang membidangi kesehatan, pendidikan, pemuda dan olahraga, pemberdayaan perempuan, sosial dan tenaga kerja, kebersihan dan pertamanan, pariwisata dan lain-lain ini.

Di sisi lain, kata politisi senior Partai NasDem Kota Denpasar ini,  perkembangan kasus baru positif Covid-19  fluktuatif bahkan cenderung  terus meningkat belakangan ini. “Jadi paling buruk kita anggap tidak ada pembelajaran tatap muka selama tahun 2021. Jadi jangan dipaksakan. Pendidikan ini kan menyangkut nasib dan  masa depan bangsa anak bangsa karena kalau ini sampai menjadi kluster baru ya repot lah,” tegas Gung Widiada yang juga Ketua Fraksi NasDem-PSI DPRD Kota Denpasar.

Apalagi jika bicara vaksinasi, sejauh ini vaksinasi Covid-19 hanya diperuntukkan bagi yang berusia 18 tahun ke atas. Jadi siswa PAUD, SD, SMP bahkan hingga SMA/SMK belum akan tersentuh program vaksinasi di tahun 2021. Belum lagi ada kondisi sebagian masyarakat tampaknya lelah menghadapi pandemi Covid-19 yang belum ada kepastikan kapan berakhir walaupun program vaksinasi sudah mulai dijalankan.

“Otoritas sekolah kita, lelah. Di desa adat dari obrolan warung kopi yang kita dengar juga mengatakan lelah semua sehingga mereka jangan menjalakan seperti tanda petik tugas biasa rutin begitu saja karena disana ada anggaran.  Tetapi intensitas melakukan edukasi ke rumah-rumah masyarakat tidak ada,” ungkap Gung Widiada.

“Tapi apapun kondisinya kita tidak boleh lelah dan menyerah dengan pandemi ini. Walau ada vaksin protokol kesehatan 3M, yakni memakai makser, menjaga jarak hindari kerumunan dan mencuci tangan harus tetap kita jalankan dengan kesadaran penuh,” pesan Gung Widiada mengakhiri perbincangan dengan wartawan Metro Bali.  (wid)