DSC_4794Karangasem (Metrobali.com)-

Gubernur Bali Made Mangku Pastika berkesempatan tangkil (hadir-red) pada puncak Karya Ngusaba Dangsil di Desa Adat Bungaya, Bebandem, Karangasem pada Senin (29/8). Ngusaba dangsil merupakan acara sakral terbesar di Bungaya. Bahkan, acara ini disebut sebagai tradisi ngusaba tertua di Bali.

Menurut Ketua Panitia Pelaksana Ngusaba Dangsil IB Jungutan mengatakan jika ritual Ngusaba Dangsil atau Ngusaba Aya salah satu ciri utamanya selaian adanya dangsil (sarana upacara yang dibuat bertingkat tingkat) yang paling tertinggi hampir mencapai 18 meter, juga ada pelantikan deha-teruna (pemudi dan pemuda) baru.

“Biasanya Ngusaba Dangsil itu digelar ketika anak muda-mudi mulai berkurang karena sudah menikah atau hal lainnya. Sebab muda-mudi tidak boleh sampai habis karena para deha- teruna (pemudi dan pemuda) di Desa Bungaya punya ayah-ayah (tanggung jawab-red) yang sangat penting di Desa adat Bungaya,” ungkap IB Jungutan saat memberikan laporan dihadapan Gubernur Pastika beserta rombongan yang juga dihadiri oleh Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumatri.

Ditambahkan IB Jungutan, untuk itu keberadaan deha teruna tersebut sangat penting dan vital sehingga Ngusaba Dangsil sendiri adalah sarana untuk pelantikan deha teruna baru. Dalam Ngusaba Dangsil terdapat 5 buah Dangsil dimana diantaranya Dangsil dalem yang akan dinaiki keturunan raja atau Dalem Klungkung dan Dangsil desa dinaiki oleh Raja Karangasem dari Puri Kelodan yang merupakan pusat Kerajaan Karangasem.

Lebih lanjut, Ngusaba Dangsil diakui sangat sakral karena pergelaran ngusaba tersebut tidak bisa dibatasi waktu kapan dimulai dan kapan akan selesianya karena semua tergantung kehendak atau Pekayunan Sang Ida Batara. Meskipun sudah di rencanakan sebelumnya, namun jika belum atas kehendak Ida Betara Ngusaba maka Karya  tidak akan digelar.

Sebelumnya, telah dilaksanakan Melasti. Dimana para pengiring melasti Ngusaba Dangsil di Desa Adat Bungaya, Bebandem, Karangasem, Bali, tidak diperkenankan makan dan minum. Melasti dilakukan ke Segara Bugbug di belakang Bukit Asah. Para pengiring Melasti baik laki-laki maupun perempuan dilarang menggunakan baju dan ikat kepala atau udeng. Mereka hanya menggunakan kain atau kemben dengan saput warna warni. Ini merupakan pakaian khas warga Bungaya.

Gubernur Pastika yang hadir didampingi Karo Humas Setda Provinsi Bali Dewa Gede Mahendra Putra dan Karo Umum Setda Provinsi Bali I Gede Darmawa menyempatkan untuk melaksanakan persembahyangan di Pura Penataran. Dalam kesempatan tersebut, Gubernur Pastika mengungkapkan dengan semangat Krama dalam melaksanakan karya Ngusaba Dangsil. Pastika juga mengatakan merasa berada dirumah sendiri dengan antusias masyarakat yang hadir.

“Saya sangat terharu dengan antusias krama disini mengikuti karya ini, saya merasa ada dirumah sendiri melihat semangat-semangat mereka. Ini upacara yang sangat sakral dan tidak banyak ada, sehingga upacara ini jangan sampai terlewatkan,” ungkap Pastika yang dalam kesempatan tersebut juga menyerahkan Punia dan yang diterima langsung oleh Ketua Panitia Pelaksana Ngusaba Dangsil IB Jungutan. AD-MB