Pastika action

Denpasar (Metrobali.com)-

Ada tiga jenis kualitas hidup di dunia ini, ada yang hidup nyasar, ada yang hidup bayar dan ada yang hidup sadar, dan yang kacau adalah kalau kita hidup nyasar. Demikain disampaikan Gubernur Bali Made Mangku Pastika saat berorasi di Podium Bali Bebas Bicara Apa Saja (PB3AS) yang rutin digelar di Lapangan Puputan Margarana,Niti Mandala Denpasar, Minggu (20/9).

Menurutnya hidup nyasar tersebut adalah hidup dalam serba keterpaksaan dan tidak sesuai dengan kesadaran dan keinginannya. “Contohnya ini, kalau pegawai itu ke kantor merasa sangat terpaksa kemudian begitu jam pulang langsung merasa bebas dan merdeka, itu adalah orang – orang yang hidup nyasar, tidak pada tempatnya karena tidak memiliki kemampuan untuk melakukan pekerjaan tersebut namun terpaksa melakukannya karena tidak ada yang lain yang bisa dia kerjakan,” jelas Pastika.

Oleh karena itu, Pastika menyarankan agar manusia tersebut selalu belajar dan meningkatkan kemampuannya sehingga mampu untuk bekerja dengan ikhlas dan sadar tanpa keterpaksaaan. Selanjutnya Pastika menjelaskan tentang hidup bayar yang dianggapnya sebagai hidup yang hanya berdasarkan dengan bayaran.

“Pokoknya yang dipikir adalah bayarannya, ada bayaran dia jalan kalau tidak ada bayaran dia diam, ada imbalan dia jalan kalau tidak dia diam, walaupun sesungguhnya swadarmanya menuntut untuk melakukan pekerjaan itu namun karena tidak ada bayaran, tidak mau dia,” tegas Pastika yang juga tidak menutupi bahwa hal tersebut juga terjadi di kalangan PNS.

Sementara itu hidup sadar, menurut Pastika adalah hidup yang memiliki kualitas paling tinggi karena segala sesuatu itu dikerjakan sesuai dengan kesadaran dan keinginannya. “Hidup sadar itu adalah kemauan sendiri untuk melaksanakan swadarmanya dengan penuh kesadaran,” jelas Pastika.

Selanjutnya Ia mengharapkan agar semakin banyak masyarakat yang hidup sadar sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat tersebut karena menurut Pastika hidup sadar yang selalu bekerja tanpa pamrih dengan tulus dan ikhlas merupakan karma terbaik yang akan diperoleh oleh manusia.

PB3AS minggu ini juga diisi oleh orasi dari Putu Armaya yang merupakan Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Bali yang mengkritis tentang diskriminasi yang terjadi di PLN antara listrik prabayar yang menggunakan pulsa dengan listrik pascabayar yang dibayar secara perbulan. Menurutnya diskriminasi terjadi pada pajak dan biaya administrasi saat pembelian pulsa tersebut yang dimana pada listrik prabayar, biaya – biaya tersebut dikenai setiap melakukan isi ulang pulsa dan itu bisa terjadi berkali – kali dalam sebulan sedangkan pada pascabayar, biaya – biaya tersebut hanya dibayarkan sekali. Selain itu ia juga mengeluhkan masih banyak di desa yang listriknya sering terjadi pemadaman dan juga tidak ada penerangan jalan sedangkan masyarakat dikenakan pajak penerangan jalan pada pembayaran listriknya.

Dalam kesempatan itu, YLKI juga menginformasikan telah terbentuknya Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) di tiga wilayah yaitu Denpasar, Badung dan Karangasem. “Kami siap menerima pengaduan dan berusaha menyelesaikan sengketa konsumen di luar peradilan,” ucapnya. Selain itu ada Widiana yang merupakan masyarakat Desa Banjar yang mengkritisi semakin pudarnya pemahaman tentang P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) di kalangan masyarakat dan bahkan menurutnya anak – anak saat sebagian besar tidak mengetahui karena kurangnya pembelajaran P4 tersebut.

Sementara Ketua LSM Gerakan Solidaritas Sosial (Gasos) Bali Lanang Sudira kembali mengeluhkan perbaikan jalan yang ada di seputaran jalan W R Supratman Denpasar. Menurutnya proyek tersebut telah kembali memakan korban dikarenakan proses penyelesaian jalan yang telah di tidak dikembalikan seperti semula  sehingga jalan tersebut menjadi rusak dan sangat membahayakan dan juga menyebabkan kemacetan.

“Saya heran kenapa jalan yang sudah bagus digali lagi tapi tidak dikembalikan seperti semula, apanya yang salah ini, kenapa pemesangan pemasangan itu tidak dilakukan secara bersamaan saat perbaikan jalan, kenapa disaat jalan tersebut sudah bagus kok baru digali lagi dengan alasan pemasangan piapa atau kabel, “ tegas Sudira.

Selain itu, PB3AS minggu ini juga diisi oleh Kepala Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Bali Ketut Rochineng yang berorasi mensosialisaikan tentang Undang – undang ASN dan juga rekrutmen PNS yang menurutnya saat ini sudah sangat transparan dengan diberlakukannya sistem CAT. Ia juga menghimbau agar seluruh PNS yang ada di Bali untuk tetap menjaga netralitas menjelang Pilkiada serentak yang akan dilaknsakan bulan Desember mendatang.

Berikutnya ada Wayan Wisnaya yang mengkritisi pelayanan publik Kota Denpasar yang menurutnya tidak sesuai dengan branding yang mereka gunakan yakni Sewaka Dharma yang berarti pelayanan yang baik berdasarkan dharma. RED-MB