Gubernur Bali Made Mangku Pastikan dan Wakil Gubernur Bali Ketut Sudikerta saat menghadiri rangkaian upacara Pitra Yadnya di Desa Pecatu, Kuta Selatan, Badung, Selasa

Gubernur Bali Made Mangku Pastikan dan Wakil Gubernur Bali Ketut Sudikerta saat menghadiri rangkaian upacara Pitra Yadnya di Desa Pecatu, Kuta Selatan, Badung, Selasa (16/8)

 Badung (Metrobali.com)-

Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengapresiasi rangkaian pelaksanaan upacara keagamaan yang dilaksanakan secara massal, Ia menilai upacara agama secara massal merupakan bentuk yadnya  yang sederhana yang dilaksanakan bersama-sama secara bergotong royong dilandasi perasaan suka cita, dan niat suci tulus ikhlas, serta tidak menghabiskan biaya yang besar, namun nilainya utama dan tetap berdasarkan sesana serta ajaran agama.

Menurut Pastika hal ini jauh  lebih baik daripada satu upacara dilaksanakan secara besar-besaran namun diakhir upacara meninggalkan hutang. Lebih jauh Pastika mengharapkan di era saat ini masyarakat Bali sudah sepatutnya meningkatkan pelaksanaan upacara keagamaan secara bersama-sama sesuai konsep hidup masyarakat Bali sagilik saguluk, paras paros atas dasar menyama beraya.

Demikian disampaikan Gubernur Bali saat menghadiri rangkaian upacara Pitra Yadnya di Desa Pecatu, Kuta Selatan, Badung, Selasa (16/8). “Masyarakat jangan merasa berkecil hati baru melaksanakan upacara secara bersama-sama, karena jika melaksanakan upacara sederhana namun didasari niat yang lascarya itu merupakan yang utama. Dan kalau saya berpikir saat kita hidup saja tidak bisa sendiri, jika leluhur saat diupacarai dalam rangkaian Pitra Yadnya secara bersama-sama, tentunya arwah leluhur bisa berjalan bersama-sama pula saat menuju swarga loka,” ujar Pastika.

Gubernur Pastika yang kala itu di dampingi Wagub Ketut Sudikerta, Asisten Bidang Ekonomi Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat Pemprov Bali I Ketut Wija, dan Kepala Biro Humas Setda Provinsi Bali I Dewa Gede Mahendra Putra, lebih jauh menyatakan melaksanakan upacara Pitra Yadnya dan rangkaiannya bagi arwah leluhur merupakan satu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh umat Hindu di Bali sebagai bentuk bhakti, penghormatan dan membalas hutang sebagai anak yang telah dibesarkan oleh para leluhur sesuai ajaran Tri Rna.

Oleh karena itu, walaupun dilaksanakan secara bersama-sama, setiap peserta wajib berperan serta menyumbangkan materi, biaya, ataupun tenaga secara tulus ikhlas. Tak hanya itu, Gubernur Pastika pun mengapresiasi langkah desa adat Pecatu yang sudah mampu menyelenggarakan upacara massal tersebut, terlebih melalui pemberdayaan Lembaga Perkreditan Desa setempat sudah mampu menjadi sumber dana utama berlangsungnya upacara tersebut yang memberikan keringanan yang teramat sangat bagi warganya. 

Sementara itu Kelian Adat Desa Pecatu, I Made Sumerta menyatakan upacara yang dilaksanakan hari ini yakni upacara Mepada dan Purwa Daksina, sebagai rangkaian upacara ngaben yang sudah dilaksanakan pada tanggal 5 AGustus 2016.

Ia juga memaparkan upacara ngaben tersebut diikuti 147 sawa, nglungahang sebanyak 23, dan langsir sebanyak 39. Selain itu, upacara juga dirangkaikan dengan upacara 3 bulanan yang diikuti 525 orang, dan tentunya dengan biaya yang sangat irit pula yakni sebesar 450 ribu, dari awalnya diperkirakan per orang jika melaksanakan secara individu akan menelan biaya sebesar 12,5 juta. 

Untuk pelaksanaan upacara ngaben, Ia menjelaskan desa adat Pecatu melalui LPD yang inovatif menyelenggarakan program Nyidang Ngaben, yakni bagi warga Pecatu yang sudah memiliki saldo tabungan minimum sebesar 200 ribu dalam jangka waktu 3 bulan berturut-turut sudah bisa ikut upacara Pitra Yadnya Massal.

Dengan syarat tersebut, setiap warga yang ikut akan mendapatkan subsidi sebesar total 6,5 juta, sehingga tidak perlu lagi mengeluarkan urunan. Kekurangan-kekurangan biaya pun tetap diambilkan dari kas desa adat maupun punia-punia. Pelaksanaan upacara massal tersebut menurutnya merupakan yang keempat kalinya, sejak dimulai pertama kali pada tahun 2006.

Upacara Purwa Daksina kala itu dipuput oleh Pandita Ida Pedanda Gede Oka Arga dari Gria Gede Kelodan, Kesiman.  AD-MB