Denpasar (Metrobali.com)-

Gubernur Bali Made Mangku Pastika menganugerahkan “Dharma Kusuma”, penghargaan tertinggi dalam bidang seni kepada sembilan seniman yang dinilai berjasa terhadap pelestarian, penggalian dan pengembangan seni budaya Bali.

Satya Lencana Dharma Kusuma tersebut berupa emas sebesar 20 gram dengan 23 karat menyerupai ornamen Siwa Nataraja, lambang Pesta Kesenian Bali (PKB), sekaligus kebesaran seni budaya Bali yang diserahkan di Lapangan Niti Mandala Renon Denpasar, Rabu (14/8).

Penyerahan tesebut bertepatan dengan puncak peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-55 Pemerintah Provinsi Bali yang diikuti karyawan-karyawati satuan kerja perangkat daerah (SKPD) di lingkungan Pemprov Bali.

Kesembilan seniman yang mendapat anugrah Dharma Kusuma itu terdiri atas I Wayan Wijaya (62), seniman kerawitan dari Banjar Tatasan Kaja, Kota Denpasar, dan Ida Bagus Gede Jumpung (82), seniman kerawitan dari Banjar Tengah, Desa Dawan Kelod, Kabupaten Klungkung.

Mangku Putu Geria (68), seniman pedalangan dari Banjar Segah, Kabupaten Karangasem, I Ketut Kenek (65), seniman Ukir dari Banjar Pujung Kaja, Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar, dan AA Ngurah Oka Silagunadha, BA (83), seniman tari dari Puri Anyar Kerambitan, Kabupaten Tabanan.

I Wayan Tarma (59), semiman drama gong dari banjar Dinas Siladan, Kabupaten Bangli, I Wayan Seregeg (73), budayawan dari Banjar Mekar Sari, Kecamatan Grokgak, Kabupaten Buleleng, Dr I Nyoman Catra SST MA (59), seniman tari (ilmuwan) dari Mengwi Tani, Kabupaten Badung dan I Ketut Dernen (57), seniman Kerawitan dari Kabupaten Jembrana.

Kesembilan seniman dari delapan kabupaten dan satu kota di Bali juga masing-masing menerima dana Rp8 juta termasuk pajak.

Selama kurun waktu 39 tahun (1974-2013) tercatat 411 seniman dan organisasi kesenian pernah menerima Dharma Kusuma termasuk di antaranya budayawan dan mantan Gubernur Bali, Prof Dr Ida Bagus Mantra (alm).

Penganugerahan Seni Dharma Kusuma itu sesuai dengan Peraturan Daerah Bali Nomor 11 tahun 1992 tentang Penghargaan Seni.

Penganugerahan diberikan secara berkesinambungan setiap tahun saat perayaan HUT Pemprov Bali sejak tahun 1974 kepada mereka yang berhak menerimanya, sebagai wujud pengakuan atas jasa, prestasi dan karya seni yang dihasilkan.

Selain itu juga merupakan salah satu bentuk pembinaan, pengembangan dan pelestarian nilai-nilai budaya Bali, sehingga tetap kokoh dan eksis di tengah perkembangan zaman.

Upaya tersebut diharapkan mampu menumbuhkan daya kreativitas masyarakat, khususnya budayawan dan seniman untuk lebih memacu prestasi dalam bidang seni, yang pada gilirannya berdampak positif terhadap berbagai aspek kehidupan masyarakat.