Denpasar (Metrobali.com)-

 Denpasar  sebagai ibukota Provinsi Bali ternyata menyimpan banyak  keluarga-keluaga miskin yang keadaannya sangat memprihatinkan, seperti yang dialami oleh dua keluarga miskin yang tinggal di seputaran Jalan Bung tomo, Denpasar tepatnya di Kelurahan Tulang Ampian, Denpasar Utara. Keluarga  I Nyoman Sadra dan keluarga I Nyoman Darma harus memikul beban berat dikarenakan anak anak mereka  mengalami cacat mental dan fisik dimana  kakinya tidak tumbuh sempurna sejak kecil, sehingga otomatis mereka mengalami kesulitan untuk  berjalan.

Demikian terungkap dalam kunjungan Gubernur Bali Made Mangku Pastika ke kediaman sederhana kedua keluarga tersebut, Kamis (8/8). Keluarga I Nyoman Sadra yang memiliki 6 anak dari perkawinannya dengan Nengah Sumerti  hanya bisa pasrah melihat 3 dari enam anaknya tersebut mengalami cacat yakni anak pertama Wayan Suantika, anak ketiganya Komang Supartika dan anak bungsunya Luh Ayu Sekarini. Begitu juga yang dialami oleh keluarga dari I Nyoman Darma yang tinggal bersebelahan dengan rumah keluarga Sadra. 4 dari 5 anak hasil perkawinannya dengan Nyoman Sarmini tersebut juga mengalami kekurangan fisik dan mental yang sama, yakni I Wayan Sudarma, Kadek Sudarsana, Ketut Suartama dan Luh Nanda.

Keluarga yang kesehariannya hanya menjadi buruh bangunan ini hanya bisa pasrah melihat kondisi anak-anaknya tersebut “Saya hanya buruh bangunan dan istri saya hanya sebagai buruh panggul di pasar Badung, jadi saya harus bagaimana, saya hanya bisa pasrah”, ungkap Sadra.

Dari keenam anak Sadra tersebut 2 diantaranya masih bersekolah di SMP begitu juga dengan anak ketiga dari I Nyoman Darma. Nengah Sumerti juga menyampaikan besarnya biaya kontrakan rumah yang mereka tempati dan juga mengenai biaya pendidikan anaknya dibandingkan dengan pendapatan yang mereka dapat, Dia mengaku membayar 2.250.000 per tahun untuk luas tanah yang mereka tempati sekitar 1,5 are dan itu hanya bisa dikontrak selama 5 tahun dan tidak boleh lebih ataupun kurang dari 5 tahun, dan setiap 5 tahun harga kontrakan tersebut selalu naik. “Ini saja baru lima bulan yang lalu saya bayar sudah naik satu juta yang dulunya hanya 500 ribu sekarang sudah jadi 1,5 juta per are per tahun, belum lagi biaya anak saya yang sekolah ini”, ungkap Sarmini

Melihat hal tersebut, Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengaku sangat prihatin dengan kondisi dari keluarga tersebut.  “Maafkan saya selaku pemerintah tidak melihat hal seperti ini, ini sangat memprihatinkan dan ini harus dibantu ternnyata di balik kemegahan kota Denpasar, masih ada masyarakat kita yang seperti ini,” ungkapnya. Gubernur yang saat itu juga didampingi oleh Kepala Dinas Sosial I Nyoman Wenten, Kepala Biro Humas I Ketut Teneng dan juga Ketua Pusat Studi Pembangunan Berkelanjutan LPPM Universitas Udayana Dr. K.G. Dharma Putra yang saat itu menggandeng salah satu lembaga sosial dari australia yakni Nev House juga berjanji akan merenovasi rumah milik dua keluarga tersebut agar menjadi lebih layak huni.

“Kita harus merubah ini, rumah mereka ini harus kita perbaiki dan ini harus dilakukan secara bertahap agar mereka juga tidak merasa terganggu”, imbuh Pastika. Pastika juga berjanji akan membantu anak-anak mereka yang bersekolah untuk memperoleh bantuan beasiswa,”Anak mereka yang bersekolah ini juga harus kita bantu, nanti saya akan coba berkoordinasi dengan Kadis Pendidikan agar mereka ini memperoleh beasiswa sehingga mereka tidak putus sekolah”, tegas Pastika. Dalam kunjungannya tersebut, Gubernur Pastika juga menyerahkan bantuan berupa sembako, dan berharap bantuan tersebut setidaknya mampu untuk meringankan beban hidup mereka.

Sementara itu keluarga Sadra dan Darma mengucapkan terima kasih atas kunjungan dan bantuan yang telah diberikan kepada mereka, mereka berharap agar pemerintah bisa lebih memperhatikan masyarakat yang seperti mereka sehingga beban warga yang kurang mampu dapat diringankan. DP-MB