Keterangan foto: Gubernur Bali Wayan Koster saat menerima audensi dari Kelompok Ahli Bidang Kerjasama Investasi dan Khusus (Pokli KIK) di Ruang Kerjanya, Jumat (1/3)/MB

Denpasar, (Metrobali.com) –

Gubernur Bali Wayan Koster akan mengembangkan industri pangan dan sandang yang mampu memaksimalkan nama Bali sebagai sebuah brand. “ Karena Bali sebagai sebuah brand sudah begitu baik, Bali punya nama besar, sehingga sangat memungkinkan bisa kedepannya berbagai produk dihasilkan dengan brand Bali yang sudah sedemikian kuat tersebut,’ kata Koster saat menerima audensi dari Kelompok Ahli Bidang Kerjasama Investasi dan Khusus (Pokli KIK) di Ruang Kerjanya, Jumat (1/3).

Diteruskan koster, penggunaan brand Bali dalam aneka produk pangan dan sandang ini selain akan meningkatkan peran UMKM lokal di Bali, juga akan mengembangkan kreativitas desain produk para pengrajin dan desainer di Pulau Dewata. “Orientasinya jelas untuk market wisatawan, produk-produk untuk kepentingan mendukung industri wisata di Bali. Namun tidak sampai disana, kita juga akan kembangkan produk-produk dengan orientasi ekspor,” tukas Koster.

Untuk itu, Ketua DPD PDI Perjuangan Bali ini menyatakan akan segera membentuk semacam ‘rumah desain produk’ sebagai wadah dan fasilitas perencanaan dan pendesainan produk-produk yang nantinya akan diproduksi. “Masalah keunikan desain, masalah kreativitas, masalah kualitas saya kira di Bali kita tidak kalah dengan yang lain, bahkan negara lain. Jika Swiss bisa mengembangkan jam tangan, mengapa Bali tidak bisa untuk mengembangkan produk dengan brand-nya sendiri. Bali sangat mungkin untuk itu bagi saya. Yang penting pengembangannya nanti harus melibatkan masyarakat luas seperti UMKM dan industri kecil. Harus memberdayakan orang lokal,” kata Gubernur. Menurutnya Pemerintah daerah punya tugas untuk menciptakan peluang, mem-back up permodalan demi pertumbuhan industri lokal.

Tak cukup sampai disitu, Koster juga mengaku sangat yakin dengan kemampuan anak-anak muda Bali untuk menciptakan teknologi tepat guna untuk mendukung berbagai sektor yang ada di Bali. “ contohnya di teknologi pengolahan sampah organik pada program Simantri, alatnya ‘kan anak-anak (Universitas, red) Udayana yang membuat. Misalnya saja untuk membuat alat pengupas gabah, tentu akan sangat berguna untuk para pertani. Anak-anak muda kita biasa ikut perlombaan robot dan teknologi tinggi lainnya jadi saya pikir tidak masalah untuk meng-create yang seperti ini. Tenaganya ada dan betul-betul digunakan untuk kepentingan daerahbnya. Kita harus pompa terus industri lokal ini,” tegas Koster.

Menaggapi hal tersebut, perwakilan Pokli KIK Himawan Hariyoga Djojokusumo yang ditemui terpisah menyatakan akan segera menindaklanjuti arahan Gubernur dengan merancang sistem permodalan yang akan mendukung program tersebut. “Nanti adalah tugas kita di tim untuk mencari investor yang sekiranya cocok untuk mendukung pelaksanaannya,” kata Himawan. Pria yang juga menjabat perencana utama Kementerian PPN/Bappenas ini juga mengatakan kendala-kendala yang ditemui daerah lain untuk mengembangkan kebijakan serupa dilihatnya relatif kecil di Bali sehingga diharapkan bisa lebih mudah terlaksana. “ Tinggal sekarang kita dorong untuk kehadiran investor lokal untuk mendukung sesuai harapan bapak gubernur untuk memberdayakan tenaga dan investor yang asli putera Bali,” sambungnya.

Editor: Hana Sutiawati