Foto: GTS Institute Bali menggelar Progam Pengembangan Karakter Emas Calon Ayah dan Ibu” lewat diklat bertajuk “Mendidik Anak Suputra Dalam Kandungan Ibu” yang akan berlangsung 5-6 September 2019 di Auditorium Perdiknas Denpasar.

Denpasar (Metrobali.com)-

GTS (Good-Trustworthy-Smart) Institute Bali bergerak cepat untuk mengeksekusi program unggulannya setelah diakomodir Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat (Dirjen Bimas) Hindu Kementerian Agama (Kemenag) RI Prof. Drs. Ketut Widnya, MA, M.Phil, Ph.D.

Pada 5-6 September 2019 ini sudah diagendakan akan digelar “Progam Pengembangan Karakter Emas Calon Ayah dan Ibu” lewat diklat bertajuk “Mendidik Anak Suputra Dalam Kandungan Ibu” yang akan berlangsung di Auditorium Perdiknas Denpasar.

“Melalui progam ini kami ingin memutus mata rantai permasalahan anak. Dan kita hanya punya waktu 26 tahun lagi menyongsong generasi emas Indonesia 2045,” kata Direktur Eksekutif GTS Institute Bali Dr. A.A.A. Ngurah Tini Rusmini Gorda, S.H.,M.M.,M.H.,Jumat (19/7/2019) di Denpasar.

Kegiatan ini bersinergi dengan program Ditjen Bimas Hindu Kementerian Agama, Yayasan Sakha, GTS Institute Bali dan Perdiknas Denpasar. Acara ini akan melibatkan ratusan peserta dari kalangan pelajar SMA/SMK dan mahasiswa se-Bali serta masyarakat umum.

“Materinya diambil dari GTS Institute Bali tentang bagaimana mendidik anak suputra sejak dalam kandungan ibu,” ungkap Tini Gorda yang juga Ketua Umum BKOW (Badan Kerjasama Organisasi Wanita) Provinsi Bali dan juga mantan Ketua Perdiknas ini.

Ada delapan materi yang akan disampaikan dalam diklat ini dengan menghadirkan narasumber ternama dan ahli di bidangnya.

Pertama materi “Tantangan Mendidik Anak Suputra Sebelum Lahir” akan disampaikan Dr. AA. Ngr. Eddy Supriyadinata Gorda, S.Sos. M.Si, yang juga merupakan Ketua Perdiknas Denpasar.

Dirjen Bimas Hindu juga akan menyampaikan sejumlah materi seperti “Kelahiran Anak Suputra Suatu Harapan Mulia,” lalu mengenai “Proses Pendidikan Anak Suputra Sebelum dan Sesudah Lahir” dan “Pengetahuan Umum Tentang Gizi.”

Materi menarik lainnya mengenai “Pengetahuan Tentang Kepribadian Calon Ayah dan Ibu” akan dibawakan oleh psikolog A.A. Ketut Sri Wiraswati, M.Psi. Berikutnya materi “Pendidikan 1000 Hari Pertama Kehidupan” akan dipaparkan dr. I.A. Chandranita Manuaba SpOG(K).,M.M.

Selanjutnya “Pengetahuan Rumah Sehat dan Bahagia” dari  Ir. A.A.G.A. Indra Wirawan, M.M. Sebagai materi pamungkas dan penutup peserta akan diajak bagaimana menciptakan “Keluarga Bahagia” dengan tips-tips ampuh dan best practice dari Direktur Eksekutif GTS Institute Bali Dr. A.A.A. Ngr. Tini Rusmini Gorda, S.H.,M.M.,M.H.

Tim panitia acara di bawah pimpinan Tini Gorda juga siap bekerja keras menyukseskan acara yang baru pertama kali digelar dengan sinergi besama Dirjen Bimas Hindu dan berbagai pihak ini. Mereka yakni A.A. Ketut Sri Wiraswati, M.Psi.,Desak Oka Netri, Gusti Agung Ayu Sukreni, S.E., Ni Nyoman Redini, S.E., dan Ni Putu Chika Meriyani.

Diapresiasi dan Diakomodir Dirjen Bimas Hindu

Seperti diberitakan sebelumnya program diklat atau sekolah calon ayah dan Ibu dari GTS Institute Bali diakomodir oleh Dirjen Bimas Hindu Kementerian Agama (Kemenag).

Hal ini terungkap dalam pertemuan Direktur Eksekutif GTS Institute Bali Tini Gorda dengan Dirjen Bimas Hindu Kemenag Prof Widnya di Kantor Perdiknas Denpasar Kamis siang (18/7/2019).

“Kami akomodir progam diklat calon ayah dan ibu GTS Institute Bali karena sejalan dengan program Kementerian Agama untuk penguatan fungsi-fungsi keluarga,” kata Prof. Widnya.

Dirjen Bimas Hindu Kemenag ini menilai salah satu progam GTS Institute Bali dalam mempersiapkan calon ayah dan ibu merupakan program yang tepat untuk mencetak generasi emas 2045.

“GTS Institute Bali jadi salah satu yang di garda terdepan menyiapkan calon ayah dan ibu yang akan melahirkan generasi emas 2045,” pujinya.

Progam GTS Institute Bali ini dianggap lebih awal mempersiapkan calon ayah dan ibu untuk mencetak generasi emas 2045. “Kalau kami di Kementerian Agama yang dikuatkan kan keluarganya. Kalau di GTS Institute ini disiapkan calon ayah dan ibu. Ini kan lebih dalam lagi, lebih di depan mempersiapkan generasi emas,” pujinya.

“Ini yang penting calon ayah dan ibu disiapkan pendidikannya sehingga bisa melahirkan anak-anak yang suputra, yang moderat, moderasi bergama dan punya anak-anak yang tidak terpapar oleh radikalisme,” imbuhnya.

Siap Dijadikan Progam Nasional

Program diklat atau sekolah calon ayah dan Ibu dari GTS Institute Bali ini pun dianggap program yang universal. Sebab tidak hanya untuk umat yang beragama Hindu, namun bisa untuk semua umat beragama. ” Saya baca proposalnya, program ini tidak hanya untuk umat Hindu saja tapi sangat universal,” kata Prof Widnya.

“Jadi kami bisa bawa program ini ke Dirjen Islam, Dirjen Kristen, Dirjen Katolik dan Dirijen keumatan lainnya. Semoga para Dirjen ini mau bekerjasama dengan GTS Institute menjalankan program ini karena programnya bagus sekali,” imbuh Prof Widnya.

Maka ada kemungkinan program GTS Institute Bali ini diakomodir menjadi program nasional Kementerian Agama untuk diterapkan pada program masing-masing Ditjen keumatan.

“Sangat mungkin ini menjadi program nasional dari Kementerian Agama. Sebab tidak hanya mendidik calon ayah dan ibu dari umat yang beragama Hindu tapi ini universal semua umat beragama bisa,” ungkapnya.

“Sebab edukasinya juga melibatkan lebih banyak dari aspek psikologi. Tapi tentu dari unsur agamnya ada dan ini nanti bisa dikombinasikan,” sambung Prof Widnya.

Ia pun menyebutkan akan memfasilitasi Direktur Eksekutif GTS Institute Bali dipertemukan langsung dengan Menteri Agama RI untuk lebih jauh memaparkan programnya. “Kami ada sinyal mempertemukan Ibu Tini Gorda dengan Bapak Menteri Agama. Kemungkinan setelah September ini,” tandas Prof Widnya. (wid)