Denpasar (Metrobali.com)- 

Tidak hanya orang dewasa saja yang mampu sajikan gong kebyar. Kali ini giliran anak-anak TK Dharma Putra, Banjar Kedatong, Sumerta Kelod,  Denpasar Timur  unjuk gigi, mementaskan Gong Kebyar di arena Pesta Kesenian Bali  di kalangan Angsoka, Taman Budaya Bali Kamis (28/6),  hingga mampu pula mengocok perut penonton.

Oleh koordinator sekaligus Kepala Sekolah TK Dharma Putra AA Ketut Kendrawati, S.Pd,M.Pd diungkapkan, bahwa pentas ini merupakan sebuah konsep belajar sambil bermain untuk menumbuhkan kreativitas anak- anak cinta dengan seni dan Budaya Bali yang berkesinambungan.  “Pementasan ini tujuannya untuk motivasi serta menumbuhkan kreativitas anak-anak di masa mendatang. Karena, kami ingin sejak kecil mereka sudah kenal gambelan Bali tidak hanya musik saja dan tentunya bisa berkesinambungan, ” ujar Kendrawati.

Ide awal pembuatan garapan Gong Kebyar ini, sudah dari empat tahun, dan rutin tampil setiap ulang tahun TK.  Selain itu juga, tahun lalu pernah ikut parade gong taman kanak-kanak.  “ Saya awalnya tak berani bilang dan satu per satu saya dekati mulai dari kelian banjar, pengelingsir dan semuanya mendukung dan kami bersyukur akhirnya punya gong kebyar, dan, kami sudah mulai pada tahun 2008 sampai sekarang,” terangnya.

Pada kesempatan pementasan yang mengambil tema Paras Paros mereka menyajikan suguhan yang atraktif seperti Tabuh Kreasi Gita Bang Kemulan, Tari Wirayuda, dan  Dolanan. Pementasan yang melibatkan 53 penari dan penabuh tersebut semuanya masih duduk di Taman Kanak- kanak tapi mereka mampu menggelitik penonton lewat keluguan dalam berinteraksi dengan lawan mainnya. Diceritakan, Dolanan ini mengisahkan  di padukuhan alas Harum, cucu dari Ki Dukuh Sadu Dharma yaitu Luh Sekar dan Made Tunjung bertengkar tanpa alasan atau sebab. Lalu datanglah Ki Dukuh Sadu Dharma memberi wejangan atau tutur agar manusia selalu eling kepada sang pencipta. Dan, mesti menjalankan Tri Hita Karana, Paras Paros Selunglung Subayantaka. Disitu, anak anak itu mengungkapkan dengan menampilkan  adegan bermain bersama- sama lewat permainan Tali Merdeka. Tak hanya itu, mereka pun bergembira bernyanyi bersama dalam bentuk Mejejanggeran. Pun demikian, hubungan manusia dengan Tuhan mereka kemas dengan bentuk Mejejahitan dan setelah mereka kecapean bermain- main akhirnya pementasan itu diakhiri adegan pulang bersama- sama dengan wujud menaiki dokar.

Sementara, proses pembinaannya bukan perkara mudah. Maklum, mereka masih duduk di taman kanak- kanak. Namun, lewat penata tabuh I Ketut Subrata, Pembina tabuh Kompyang Mudiana dan Ni Wayan Mudiati serta Pembina Tari  AA Ketut Kendrawati bersama Ni Wayan Yuli Aristiani, dan I Nyoman Sadia akhirnya anak- anak itu mampu menyajikan tontonan yang menarik. “Kendalanya kami banyak sekali dan tidak mudah karena anak-anak juga nakal. Misalnya kalau anak-anak mau kencing ya, harus  kencing. Tapi kami bersyukur atas  dukungan dari masyarakat dan semuanya termasuk  dukungan sarana oleh masyarakat Banjar Kedaton, ” ungkapnya. HP-MB