SEMINAR UNDIKNASDenpasar (Metrobali.com)-

Program Gerakan Pembangunan Desa Terpadu (Gerbangsadu) Mandara ternyata mampu mampu mendorong gairah masyarakat dalam membangun minat kewirausahawan masyarakat desa penerimanya. Hal tersebut terungkap dalam acara Seminar Hasil Penelitian Implementasi Program Bali Mandara kerjasama Biro Humas dengan Fisip Undiknas Denpasar, bertempat di Ruang Rapat Praja Sabha, Kantor Gubernur Bali-Denpasar, pada Kamis (1/10).

Gerbangsadu terbukti meningkatkan kreatifitas masyarakat terhadap pengembangan ekonomi lokal, munculnya lapangan pekerjaan baru, serta kesejahteraan masyarakat yang semakin meningkat yang kemudian berdampak baik pada penurunan angka kemiskinan. Ketua Tim Peneliti Undiknas I Nyoman Subanda, memaparkan salah satu contoh desa penerima bantuan tersebut yaitu Desa Babakan-Kabupaten Gianyar.  Di mana Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) didesa ini telah berhasil mengembangkan kreatifitas masyarakatnya dengan kreasi produk lokal yang dimiliki, seperti keben, kerajinan dari bambu dan tanah liat serta lainnya. Sehingga saat ini masing-masing keluarga yang ada di desa tersebut telah mampu membuat toko maupun lahan jual produk lokal dari bantuan modal yang didapat dari Bumdes tersebut. Hal inilah yang membuat perputaran modal serta perputaran ekonomi di Desa Babakan semakin menunjukkan persaingan signifikan. Dalam penelitian ini dilakukan metode wawancara dan penyebaran kuisioner di 6 Kabupaten laiinya seperti Kabupaten Jembrana, Tabanan, Gianyar, Klungkung, Bangli, Karangasem dan Buleleng. Dari hasil kedua nya didapat  sebanyak 82% responden yang sudah mengenal atau mengetahui tentang program tersebut, 79% masyarakat juga mengetahui akan saluran program gerbangsadu di desanya masing-masing, dan mayoritas menilai masyarakat yang menilai bahwa jumlah bantuan dana gerbangsadu telah mampu meningkatkan perekonomian masyarakat pedesaan.

Selain program Gerbangsadu Tim Peneliti tersebut juga mengevaluasi Program Simantri dan Bedah Rumah yang di fokuskan pada tujuh Kabupaten di Bali. Untuk mendalami permasalahan yang ada dilapangan dalam penelitian tersebut dikembangkan empat point penting yaitu proses dan standard operation procedur (SOP), model komunikasi pembangunan yang diterapkan, respon daya serap informasi masyarakat, kondisi ekonomi, politik sosial dan budaya masyarakat serta kondisi SDM dan karakteristik implementor dari program Bali Mandara tersebut.

Bagi Gapoktan Simantri yang aktif, program ini sangat membantu dalam memberikan lapangan pekerjaan baru bagi para petani atapun pemuda setempat, seperti pengolahan pupuk, bio urine, pengolahan madu dan lainnya. Namun disi lain terdapat sejumlah faktor yang menjadi kendala seperti karakteristik alam pedesaan seperti kurangnya sumber air yang dapat mempengaruhi perawatan sapi-sapi tersebut. Selain itu faktor sumber daya manusia juga memberikan pengaruh signifikan, dimana karakteristik petani sebagain besar berumur 40 tahun keatas. Sehingga pergerakan simantri, tidak dibarengi dengan ide-ide segar dari para anak muda yang ada di desa tersebeut.

Sedangkan pada program bedah rumah sangat menjadi primadona di kalangan masyarakat. Hal tersebut dilihat dari 96% masyarakat mengenal program bedah rumah. Program ini juga dianggap telah mampu menurunkan angka kemiskinan di masing-masing desa, terlebih mereka yang telah mendapat bedah rumah juga secara aktif mengikuti program pemberdayaan masyarakat lainnya, seprti gerbangsadu. Sehingga dengan terintegrasinya program pengentasan kemiskinan tersebut, angka kemiskinan dapat turun secara berkala. Namun hal ini tidak dapat diterapkan oleh semua desa, masih terdapat berbagai macam kendala dalam bedah rumah. Salah satunya adalah banyaknya pengaruh politisi dalam pengajuan bedah rumah, selain itu terdapat indikasi calo-calo  dalam perolehan bedah rumah, yang kerap menimbulkan kecemburuan sosial diantara masyarakat sekitar penerima bedah rumah.

Dari semua kendala maupun efektivitas yang muncul tersebut, Subanda mengungkapkan bahwa berbagai metode penyebaran informasi program Bali Mandara telah berjalan dengan efektif.

Menanggapi hasil paparan tersebut, Kepala Dinas Sosial Provinsi Bali, I Nyoman Wenten mengungkapkan bahwa memang masih banyak kendala-kendala yang dihadapi, namun terkait dengan indikasi adanya calo-calo tersebut pihaknya akan meneliti lebih jauh lagi, faktor-faktro apa yang menyebabkan terjadi hal tersebut. Ia menjelaskan pihaknya telah membuat suatu aturan yang tegas dalam pengajuan bedah rumah, mulai dari pengajuan proposal yang harus terdapat tanda tangan dari berbagai pihak, untuk menghindari kecurangan juga telah dibuat serta dalam verifikasinya Dinas Sosial langsung terjun ke lapangan untuk memantau secara langung. AD-MB