????????????????????????????????????

Mangupura (Metrobali.com)-

 

            Dalam rangka menggeliatkan desa wisata, Badung kembali menggelar Festival Manggis untuk kali kedua. Festival ini akan digelar pada 6-8 Mei 2016 mendatang.

Selain ingin mendongkrak angka kunjungan ke desa wisata yang ada di Badung, Festival Manggis bertujuan menanggulangi harga anjlok saat musim panen raya.

Hal itu terungkap saat jumpa pers Festival Manggis, Jumat (29/4) kemarin. Jumpa pers itu dihadiri Kadis Pariwisata Badung Cok. Raka Darmawan, S.H., M.Si. dan Ketua Panitia Festival Manggis yang juga Ketua Pokdarwis Tedung Sari Made Sukanta, serta konsultan manggis Hendrik. Jumpa pers ini dipandu Kabag Humas dan Protokol AA Gede Raka Yuda, S.E.

            Ketua Panitia Festival Manggis Made Sukanta menegaskan, festival ini bertujuan untuk memperkenalkan manggis sebagai buah asli Indonesia. “Festival ini digelar dalam rangka memberdayakan masyarakat lokal dalam mengolah produk pertanian sehingga memberikan nilai tambah serta pemberdayaan dari sisi ekonomi,” ujarnya.

Menurut Sukanta, tanpa kreativitas produksi, ada kalanya harga produk pertanian seperti manggis anjlok saat musim panen raya. Namun dengan produksi pascapanen, produk memberikan nilai tambah ekonomi yang sangat tinggi.

Dia mencontohkan, saat panen raya harga manggis tak lebih dari Rp 2.000 per kilogramnya. Namun setelah diolah menjadi wine, harganya menjadi Rp 400.000 per liternya. “Nilai tambahnya sangat tinggi,” ujarnya.

            Selain menghasilkan wine, katanya, ampas manggis bisa digunakan untuk berbagai produk seperti produk spa probiotik yang sangat bagus untuk menutrisi kulit wajah dan tubuh karena mengandung antioksidan yang tinggi. Manggis juga menghasilkan bedak dingin untuk kecantikan, sabun spa probiotik, sabun cair, lotion manggis, lulur dan produk turunannya.

Khusus wine manggis, Sukanta menyatakan sangat berkhasiat untuk menyembuhkan sejumlah penyakit. Berbagai penyakit bisa disembuhkan berkat meminum wine manggis ini seperti diabetes, tumor, maag, wasir atau ambien, darah rendah, kanker, alergi, thipes, demam berdarah dan sebagainya.

            Di bagian lain Kadisparda Badung Cok. Raka Darmawan menyebutkan, Festival Manggis ini merupakan bentuk kreativitas untuk menggeliatkan desa wisata. Kemajuan sebuah desa wisata tak boleh hanya dibebankan kepada pemerintah, kreativitas dari Pokdarwis juga sangat diperlukan.

            Kadisparda sangat mendukung pelaksanaan Festival Manggis ini karena menjadi terobosan yang sangat strategis untuk mengangkat potensi buah manggis yang memang sangat berkembang di Desa Petang. “Kami menyambut baik dan mendukung pelaksanaan Festival Manggis ini,” tegasnya sembari menambahkan, festival ini juga bertujuan untuk membangun pariwisata baru di Pulau Bali khususnya di Kabupaten Badung yang berbasis agro dan kuliner.

Beberapa kegiatan yang akan digelar dalam Festival Manggis ini berupa petik manggis di kebun, lomba membuat wine manggis antarbanjar, lomba spa manggis ibu-ibu Desa Petang, lomba menghias ogoh-ogoh buah manggis raksasa untuk anak-anak Desa Petang, dan pesta kuliner rumah tangga Desa Petang. Kegiatan lainnya berupa bazaar buah sayuran, dan hasil kebun serta hasil kreasi UKM lokal Petang, acara lomba hasil pertanian peternakan terbaik Desa Petang, acara tebak-tebak buah manggis, kelas belajar membuat wine manggis, serta lomba membuat wine manggis untuk pengunjung.

Pada kesempatan itu, Kadisparda menampik dugaan mayoritas desa wisata di Badung mati suri alias tidak eksis. Menurutnya, saat ini setidaknya ada tiga kategori desa wisata. Pertama, desa yang hanya ingin dilewati saja. “Dapat lewat di sana, tamu sudah senang. Contohnya tamu yang tur dengan VW Safari. Mereka hanya lewat,” katanya.

Kedua, tamu ingin menikmati sesuatu di desa wisata tersebut, untuk trekking, menikmati air terjun serta atraksi lainnya. Ketiga, tamu datang beraktivitas dan bermalam. Ke-11 desa wisata yang ada di Badung saat ini masuk dalam ketiga kategori ini. Dengan begitu, tidak ada desa wisata yang tidak eksis.

            Walau begitu, Kadirparda tak menampik kelemahan desa wisata dari sektor sumber daya manusianya. Untuk itu, dia memprogramkan akan memberikan pembinaan bagaimana mengelola desa wisata dengan baik dan benar. Walau dianggap sangat bermanfaat, kunjungan atau studi banding ke desa wisata lainnya belum bisa dilakukan karena sesuatu dan lain hal. “Ini yang bisa kami lakukan, karena tak mungkin memasukkan SDM di desa wisata ke sekolah-sekolah formal,” tegasnya. RED-MB