Gede Dodi Hartawan pemuda berusia 26 tahun asal Subagan

Karangasem, (Metrobali.com) –

Untuk mencukupi kebutuhan sehari – hari dan membiayai sekolah adik – adiknya, Gede Dodi Hartawan pemuda berusia 26 tahun asal Subagan, Karangasem banting stir berhenti jadi tenaga kontrak Pemkab Karangasem dan membuka usaha menjadi seorang pedagang bakso keliling.

Keputusan untuk berhenti menjadi pegawai kontrak bukan tanpa pertimbangan, ia terpaksa berhenti lantaran penghasilan menjadi seorang tenaga kontrak dengan kebutuhan yang harus dipenuhinya tidak sebanding.

Dengan gaji yang berada jauh dibawah upah minimum saat itu, Hartawan memiliki beban yang tidak sedikit. Ia harus membantu orang tuanya untuk membiayai kebutuhan sekolah dua dari lima orang adik – adiknya yang saat ini duduk dibangku SMP dan SMA.

Kondisi inilah yang membuat Dodi Hartawan memutar otak dan memutuskan untuk behenti menjadi pegawai kontrak pada tahun 2017 lalu dengan harapan mencari pekerjaan dengan penghasilan yang lebih tinggi.

Awlanya setelah berhenti dari pekerjaan yang telah dijalaninya sekita lima tahun tersebut, Hartawan sempat mencoba peruntungan dengan cara merantau bekerja disalah satu artshop yang ada diwilayah Gianyar.

Disana ia bekerja sekitar dua tahun dengan gaji yang lumayan bisa mencukupi kebutuhannya, setrlah bekerja sekitat dua tahun, Hartawan memutuskan untuk kembali ke Karangasem dan merintis usaha pertamanya sebagai pedagang sate.

Delapan bulan berjalan, sate yang ia jual laris manis bahkan banyak memiliki langganan hanya saja saat itu ia berjualan didekat RSUD Karangasem didalam kawasan larangan pedagang kaki lima berjualan.

“Saya jualan sate, lumayan punya pelanggan, tapi sempat tertangkap satpol pp karena berjualan dikawasan larangan pedagang kaki lima,” ujarnya kepada media ini beberapa waktu lalu.

Setelah itu, ia kemudian memutuskan untuk berhenti berjualan sate dan membuka usaha baru sebagai pedagang bakso keliling menggunakan sepeda motor sampai saat ini.

Menurut Hartawan, dalam sehari ia mendapat penghasilan bersih dari hasil berjualan bakso sekitar Rp. 150 sampai Rp. 200 ribu sekali jalan. Dengan penghasilan tersebut, dibandingkan gaji saat menjadi tenaga kontrak Hartawan mengaku cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari dan sekolah adiknya

“Lumayan lah, bisa untuk kebutuhan sehari – hari dan biaya sekolah adik, Kerjanya juga semangat karena usaha sendiri jadi waktu berjualan kita yang atur sendiri,” ungkap pemuda lulusan Saraswati tersebut. (SUA)