Langkah perusahaan yang ditempuh dalam rangka focus pada pengembangan layanan Net1 Indonesia

 

 Foto 2 - STI - IBST (1)

Jakarta (Metrobali.com)- 

PT Sampoerna Telekomunikasi Indonesia (STI), yang merupakan salah satu afiliasi ice group, telah sepakat untuk melepas asset menara kepada PT Inti Bangun Sejahtera, Tbk (IBS), salah satu perusahaan penyedia infratruktur menara telekomunikasi terbesar di Indonesia. Bersamaan dengan kesepakatan tersebut, STI dan IBS juga menandatangani perjanjian sewa menara induk dalam jangka panjang. IBS akan mendukung kebutuhan menara STI  dengan infrastruktur yang mereka miliki.

Saat ini STI sedang dalam proses untuk mengembangkan jaringan 4G LTE di seluruh Indonesia. STI percaya bahwa IBS merupakan pihak yang tepat untuk mendukung STI menjelang rencana peluncuran layanannya secara nasional. Pada tahun 2016, jumlah menarayang dimiliki IBS sudah mencapai 3.677 unit.

“Transaksi ini merupakan strategi STI untuk focus pada operasinya dengan mempercayakan fungsi-fungsiyang bukancore bisnis utamanya kepada pihak ketiga,sehingga dapat segera menyediakan layanan broadband 4G LTE kepada konsumen serta pelanggan bisnis,” ujar JD Fouchard, CEO ice groupyang merupakan pemegang saham.

Penutupan transaksi ini akan dibagi menjadi beberapa tahap danakan disesuaikan pada kondisi saat penutupan. Pelepasan asset tower atau menara kepada IBS dipastikan tidak akanmemiliki dampak negative dan signifikan bagi bisnis karena STI dapat memanfaatkan kerjasama dengan perusahaan penyedia tower yang sudah cukup banyak di Indonesia. Nilai dari transaksi ini adalah senilai Rp 414 milyar atau setara USD 31 juta. STI akan menggunakan hasil transaksi ini untuk memperkuat posisi financial perusahaan sehingga lebih leluasa untuk focus dalam mengembangkan bisnis layanan Net1 Indonesia.

“Langkah ini kami tempuh dalam rangka efisiensi serta peningkatan kinerja STI sehingga kami dapat lebih focus untuk menggarap pengembangan layanan broad band data connectivitydi daerah rural dan sub urban Indonesia dengan kualitas jaringan yang memadai serta jangkauan yang luas,” ungkap Larry Ridwan, CEO STI.

Meskilayanan broadband data connectivity 4G LTE dengan nama dagang Net1 Indonesia belum dirilis secara nasional, sejumlah daerah di Indonesia telah mengakses layanan yang menggunakan frekuensi 450 MHz tersebut. Hingga awal 2018, STI menargetkan bisa melakukan migrasi seluruh pelanggan layanan Ceria yang masih menggunakan akses Code Division Multiple Access (CDMA) kelayanan Net1 berbasis 4G LTE. RED-MB