film

Jakarta (Metrobali.com)-

Film Alternatif seperti film dokumenter dan eksperimental masih belum mendapat ruang untuk dinikmati.

“Film Indonesia bagus dan banyak yang memenangkan festival film internasional, tetapi tidak dapat kesempatan untuk dinikmati publik karena akses untuk mempertontonkan film tersebut sulit,” kata Direktur Artistik Jakarta Internasional Documentary and Experimental Film Festival 2014, Hafiz Rajacane di Goethe Haus, Jakarta, Jumat (12/9).

Ia menyayangkan prestasi film Indonesia di ajang festival film internasional kurang mendapat sorotan, padahal itu menjadi terobosan besar dalam perfilman Indonesia.

Pada September ini film pendek “Maryam” karya Sidi Saleh berhasil mendapat penghargaan “Best Short Film” pada Venice International Film Festival 2014 di Italia yang menjadi salah satu festival film tertua di dunia.

“Di negara manapun film dokumenter dan eksperimental itu memang tidak umum, namun film jenis itu memang ada dan layak untuk ditonton” kata Hafiz.

Untuk mewadahinya maka diadakan “ARKIPEL Jakarta Internasional Documentary and Experimental Film Festival 2014” dengan tema Electorial Risk yang diselenggarakan 11-21 September.

Ia mengatakan tema Electorial Risk mencoba melihat bagaimana sinema membaca politik, demokrasi dan aktivisme saat ini.

Tahun ini adalah tahun kedua festival tersebut, Hafiz berharap program ini dapat dilaksanakan setiap tahunnya. AN-MB