Foto: FGD Virtual “Strategi Peningkatan Wisatawan di Era Tatanan Baru” digelar Pusat Studi Universitas Pendidikan Nasional Denpasar (PSU) Rabu (15/7/2020).

Denpasar (Metrobali.com)-

Sinergi semua pihak untuk membangkitkan dan memulihkan pariwisata Bali di Era Normal sangat dibutuhkan dengan menjamin Bali aman dan nyaman melalui penerapan protokol kesehatan pencegahan Covid-19.

Berbagai hal pun harus diperhatikan mulai dari menata destinasi, memastikan adanya konektivitas penerbangan menuju Bali, dibukanya kembali VoA (Visa On Arrival) bagi wisatawan mancanegara.

Penting pula kepastian regulasi pemerintah daerah di Bali berkaitan dengan pariwisata dan penerapan protokol kesehatan pencegahan Covid-19 hingga menjaga kenyamanan wisatawan dengan meniadakan biaya-biaya yang tidak perlu dan tidak perlu banyak pungutan.

Demikian terungkap dalam Focus Group Discussion (FGD) Virtual Terbatas mengangkat tema”Strategi Peningkatan Wisatawan di Era Tatanan Baru” yang digelar Pusat Studi Universitas Pendidikan Nasional Denpasar (PSU) Rabu (15/7/2020).

FGD Virtual ini menghadirkan Keynote Speaker Kepala Pusat Studi Universitas Pendidikan Nasional Denpasar Dr. A.A.A Ngr Tini Rusmini Gorda S.H.,M.M.,M.H.

Sejumlah narasumber kompeten di bidangnya dihadirkan mulai dari kalangan akademisi, praktisi/pelaku pariwisata, perwakilan pejabat pemerintah dan stakeholder terkait.

Diantaranya Ir. Putu Astawa, MMA (Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali); Prof. Dr. I Gede Pidana, M.Sc. (Guru Besar Ilmu Pariwisata Universitas Udayana), Made Ariandi, S.H.,(Ketua Umum Kadin Provinsi Bali); Putu Satyawira Mahaendra
(Ketua PD PSP Par SPSI Bali).

Narasumber lainnya yakni I.B Purwa Sidemen, S.Ag.,M.Si., (Direktur Eksekutif PHRI BPD Prov Bali); I Putu Winastra, S.Sos.,(Sekretaris ASITA Bali); dan Yoga Iswara, BBA.,BBM.,M.M.,CHA (Indonesia Hotel GM Association).

FGD dipandu ModeratorDr. A.A Gede Putra Pemayun, S.E.,M.Si., (Kepala Pusat Kajian Pariwisata Universitas Pendidikan Nasional Denpasar).

Pastikan Penerbangan Langsung dan VoA

Ketua Umum Kadin Provinsi Bali Made Ariandi, S.H.,dalam FGD ini diwakili WKU (Wakil Ketua Umum) Bidang Pariwisata Made Wijaya mengungkapkan Kadin Bali pada prinsipnya siap bersinergi dalam pemulihan pariwisata Bali.

“Untuk meningkatkan kembali kunjungan pariwisata ke Bali, penting adanya sinergisitas antara pemangku kebijakan (stakeholder) sebab pariwisata ujung tombak perekonomian. Kami pelaku usaha tetap optimis pariwisata Bali kembali jaya,” ujar Wijaya.

Anggota Kadin khususnya yang bergerak di bidang pariwisata siap menyambut peluang di New Normal dengan juga memanfaatkan digitalisasi. Diharapkan ke depan pariwisata Bali memang pariwisata berkualitas dengan juga memanfaatkan digitalisasi dan teknologi.

“Penerbangan langsung dan VoA (Visa On Arrival) juga jadi catatan. Kalau tidak ada penerbangan wisatawan tidak ada datang,” kata Wijaya

Untuk menyambut era baru, Kadin Bali juga berharap benar-benar ada sosialisasi yang terus menerus kepada operator pariwisata. Adanya pariwisata antar pulau seperti Nusa Penida, Nusa Lembongan,Nusa Ceningan juga harus mendapatkan perhatian.

Kepada Kadis Pariwisata Bali diharapkan ada blue print duduk bersama. Yang terpenting sekarang untuk bangkitnya pariwisata, pikirkan bersama pergerakan pariwisata agar spektakuler, berjalan dengan cepat beberapa langkah.

“Kadin Bali siap sekali bersinergi, bersama melangkah pariwisata Bali agar normal dan jadi pariwisata berkualitas yang berkelanjutan,” tandas Wijaya.

Terkait VoA, hal senada disampaikan  Sekretaris ASITA Bali I Putu Winastra, S.Sos. ASITA Bali juga berharap dibuka kembali Visa on Arrival (VoA) bagi wisatawan mancanegara. Tanpa VoA wisatawan tidak bisa datang ke Bali.

“Pemerintah katakan internasional Border di Bali dibuka 11 September. Harapannya pemerintah secara bersamaan buka VoA sebab ada peraturan menteri  tentang pelarangan orang asing masuk Indonesia. Kalau VoA tidak dibuka wisatawan tidak akan datang. Jadi jangan menunggu,” papar Winastra.

ASITA juga memandang perlu adanya jaminan aksesibilitas dengan adanya penerbangan langsung ke Bali juga dan bagaimana dengan negara lain yang dijadikan transit. Harus buat terobosan penerbangan langsung negara asal wisatawan menuju destinasi Bali.

“Kami dengar ada rencana charter flight daru Jerman, Perancis menuju Bali. Ini terobosan bagus sampai kita normal.Kalau tidak ada yang memulai Bali tidak akan pernah normal,” ujar Winastra.

Menyambut peluang pariwisata di era New Normal, ASITA Bali juga menyiapkan paket produk pariwisata yang akan dijual dan tentunya paket yang berbeda dari sebelumnya misalnya welness, retreat atau aktivitas pariwisata yang jauh dari keramaian.

“Kami buat paket lebih berkualitas sehingga wisatawan yang datang juga lebih berkualitas,” tutup Winastra.

Jaminan Kepastian Regulasi dan Kurangi Pungutan

Sementara itu Ketua PD PSP Par SPSI Bali Putu Satyawira Mahaendra mengajak pekerja pariwisata agar tidak larut dalam ketakutan dan kecemasan berlebihan pada pandemi Covid-19.

“Kami harapkan stabilnya psikologis pekerja-pekerja pariwisata lebih baik dan agar bisa bekerja kembali. Kekhawatiran akan cicilan sepeda motor, rumah agar berkurang,” ujarnya.

Ditambahkan, pariwisata butuh dua hal utama yakni kenyamanan dan keamanan. Dengan Covid-19 bagaimana bisa nyatakan Bali aman dan nyaman serta perlu kepastian kepada wisatawan terkait regulasi pemerintah provinsi Bali dalam masa pemulihan pandemi Covid-19.

“Kalau dibilang Bali aman pastinya kita bilang aman tapi tidak boleh takabur, dengan banyaknya pekerja yang tidak bekerja kemungkinan penyakit sosial seperti kriminalitas apalagi Bali heterogen perlu perhatian semua pihak,” papar Satyawira.

Lalu apakah Bali nyaman? Kenyamanan akan dirasakan berbeda oleh wisatawan yang jika tidak ada kepastian regulasi. “Kami ingin biaya yang dikenakan kepada wisatawan dicarikan solusi, dibebankan pada pemerintah  agar ada daya tarik wisatawan datang ke Bali,”

Terkait hal ini,  PSP Par SPSI Bali berharap pelaksanaan pungutan/kontribusi wisatawan pada pelestarian budaya Bali hendaknya ditunda dulu penerapannya. “Sebab Bali harus bersaing dengan banyak negara datangkan wisatawan,” katanya.

Soal Travel Bubble, diharapkan semoga bisa cepat terealisasi. Saat ini pemerintah dan stakeholder pariwisata juga agar bisa menarik wisatawan nusantara, pemerintah maupun bisnis agar adakan rapat di Bali.

Direktur Eksekutif PHRI BPD Prov Bali I.B Purwa Sidemen, S.Ag.,M.Si., mengungkapkan PHRI (Persatuan Hotel dan Restoran) sangat terdampak pandemi Covid-19. Kondisi perhotelan terpuruk, dan saat ini situasi paling menyedihkan.

Namun PHRI ingin segera bangkit dan tentunya juga memastikan penerapan protokol kesehatan di hotel dan restoran. Verifikasi protokol kesehatan jadi langkah yang ditunggu untuk pastikan keamanan, kesehatan dan kenyamanan kepada wisatawan juga karyawan dan pihak terkaitnya

Pada Anggota PHRI Bali berusaha penuhi kriteria  assessment yang dibuat Dinas Pariwisata dan menjalankan protokol kesehatan pencegahan Covid-19 dengan taat dan disiplin,” pungkas Purwa.

Hal senada disampaikan Yoga Iswara, BBA.,BBM.,M.M.,CHA.,dari Indonesia Hotel General Manager Association (IHGMA) Bali. Pihaknya mengapresiasi tim verifikasi yang dibentuk pemerintah daerah misalnya Tim Verifikasi Kesiapan Stakeholder Pariwisata di Kabupaten Badung Menuju New Normal Tourism yang diangkat melalui SK Bupati No. 197/041/HK/2020 tertanggal 10 Juni 2020.

Tujuan pembentukan tim verifikasi ini adalah untuk melakukan sosialisasi, pengecekan standar sesuai panduan dari Pemkab Badung, memberikan masukan kepada tempat usaha dalam hal peningkatan standar dan prosedur serta merekomendasikan tempat usaha yang layak menerima sertifikat kesiapan menuju new normal tourism sesuai standar nilai minimal yang telah ditentukan.

Sebelumnya saat membuka FGD ini, Kepala Pusat Studi Universitas Pendidikan Nasional Denpasar Dr. A.A.A Ngr Tini Rusmini Gorda S.H.,M.M.,M.H., mengungkapkan FGD ini ingin menghadapi insight, pandangan dan masukkan dari para pembicara yang mewakili berbagai pemangku kepentingan (stakeholder).

“Lewat FGD Virtual, PSU ini berkontribusi pada pemulihan pariwisata Bali. Semoga apa yang terungkap bisa menjadi masukan bagi pemerintah dan stakeholder pariwisata dalam meningkatkan sinergi untuk energi bangkit dari pandemi,” kata Tini Gorda. (dan)