Keterangan foto: Antusias salah satu peserta Festival Ogoh-ogoh Di Kecamatan Karangasem Sabtu (2/3)/MB

Karangasem (Metrobali.com) –

Taman Budaya Candra Bhuana, nampak tak biasa pada Sabtu (2/3) sore. Puluhan ogoh-ogoh dengan berbagai bentuk, berderet, lengkap dengan ribuan masyarakat yang ingin menyaksikan pertunjukkan Ogoh-ogoh. Ya, ini pertama kalinya, Karangasem menggelar Festival Ogoh-ogoh.

Diprakarsai, kecamatan Karangasem, Festival Ogoh-ogoh mengangkat tema Desa Kala Patra, yang mana diturunkan lagi menjadi konsep Bhuta Hita. Camat Karangasem, Cokorda Alit Surya Prabawa mengungkapkan , subtema, Bhuta Hita sangat relevan diambil, melihat kondisi Karangasem saat ini. ” Setelah ada berbagai bencana alam khususnya erupsi Gunung Agung, di Karangasrm, maka diperlukan aksi untuk menetralisir berupa ritual keagamaan” katanya.

Prabawa menambahkan, tujuan dari festival ini, untuk melestarikan seni, adat, dan budaya Bali yang adiluhung. Selain itu, menurutnya dengan diadakan festival tersebut maka dapat memberikan ruang kreatifitas dan apresiasi bagi generasi muda.

“Festival ini diikuti oleh 13 ogoh-ogoh dari seluruh wilayah kecamatan Karangasem. Jumlah ini tidak memenuhi ekspektasi kami yang mengira akan diikuti ratusan ogoh-ogoh,” katanya.

Sedikitnya peserta, kata dia, karena beberapa hal seperti banyak peserta yang ingin ikut tapi tidak bisa memenuhi kriteria ramah lingkungan, banyaknya sekaa truna yang sangat antusias sehingga bergabung dengan sekaa truna lainnya agar lebih maksimal, dan banyak anggota sekaa truna yang bekerja di luar wilayah Karangasem.

Untuk penilaian di festival ini, lanjutnya, ada tiga tahap diantaranya penilaian on the spot yaitu saat proses epmbuatan ogoh-ogoh, penilaian saat persiapan sebelum festival, dan saat paradenya.

Sementara itu, Bupati Karangasem, dalam sambutannya berharap festival ogoh-ogoh yang baru pertama kali dilaksanakan bisa bermuara pada Sarwa Prani Hitang Karah atau keharmonisan semua makhluk hidup. “Pelaksanaan festival ogoh-ogoh ini adalah cerminan kehidupan kita dalam mengamalkan ajaran agama yang dibungkus dalam nilai asih, punia, dan bhakti yang menjadi landasan berperilaku sehari-hari,” ujarnya.

Pewarta: Made Yunda
Editor: Hana Sutiawati