Poto bersama peserta Diskusi Panel ‘Membangun Kerukunan Nasional’ di Kampus Mapindo, Badung, Bali, Jum’at, (23/3/2018).
Badung (Metrobali.com) –
Menyikapi pidato Ketum Gerindra Prabowo Subianto yang mengutip Novel Ghost Fleet karangan P.W. Singer dan August Cole yang memprediksi Bubarnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Ketua DPW Forum Bela Negara Provinsi Bali, Agustinus Nahak menyatakan bahwa hendaknya kita harus menanamkan sikap optimisme dan kecintaan terhadap bangsa dan negara.
“Biarlah jika ada yang menyatakan Indonesia akan bubar pada tahun 2030 saya doakan Indonesia tetap kokoh berdiri, biarlah mereka yang lebih dulu bubar dengan kelompoknya,” tegas Agustinus Nahak pada saat Diskusi Panel ‘Membangun Kerukunan Nasional’ di Kampus Mapindo, Badung, Bali, Jum’at, (23/3/2018).
Menurutnya, Gangguan intoleransi yang kerap mengancam keutuhan dan kerukunan bangsa hendaknya dapat dipagari dengan semangat kebersamaan dan cinta tanah air.
Hampir senada dengan Agustinus, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Indonesia, Ida Pangelingsir Agung Putra Sukahet justru menganggap positif saja pidato Prabowo tersebut, “Hal ini akan menjadi tantangan bagi kita semua untuk terus merawat Indonesia agar kita semakin berbenah dalam membina kerukunan,” tuturnya.
Menurutnya, Seharusnya kita beragama dalam ke-Indonesiaan, tonjolkan jati diri bangsa, Laksanakan ibadah sesuai dengan citra Indonesia, “Bagi yang beragama Islam tidak perlu menjadi mirip bangsa arab, dan kita yang beragama Hindu tidak perlu harus menjadi india dan mengenakan pakaian India, demikian juga buat yang beragama Budha tidak perlu harus sama dengan orang Tibet,” tambahnya.
Ketua Badan Koordinasi Organisasi Wanita (BKOW) Bali, A.A.A. Ngr. Tini Rusmini Gorda bahwa Keluarga adalah Potret kecil sebuah negara, Hendaknya jika hendak menjaga perbedaan dalam bernegara, sejatinya harus melihat sudut pandang bagaimana sebuah perbedaan terjadi dalam suatu keluarga, sebab pendidikaan bukan hanya di ada di ruang kelas (institusi pendidikan) namun pondasi utama suatu pendidikan adalah sebuah keluarga.
“Jika kita melihat dan merasakan adanya ketidak rukunan maka tugas kita memotong mata rangkai penyebab ketidak rukunan tersebut agar dicarikan dulu solusinya, agar terhindar dari politik adu domba,” terang Tini.
Diskusi yang dihadiri oleh Kasrem LetKol. Djonie Harianto mewakili DanRem 163 Wira Satya, Kolonel I Gede Widiyana yang berhalangan hadir, juga diikuti oleh sejumlah organisasi masa diantaranya Walubi, Matakin, Forum Pemberdayaan Perempuan Indonesia (FPPI). Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Indonesia, Komunitas Cinta Kamben Bali (KCKB), PHDI, Keuskupan Denpasar, Dosen dan mahasiswa Universitas Warmadewa, STIE, STTII, STIPAR, BKOW provinsi Bali, Undiknas dan Satgas FBN.
Pewarta  : Hidayat
Editor      : Nyoman Sutiawan