Denpasar (Metrobali.com)-

Sejumlah pakar bahasa Indonesia debat kusir dalam seminar nasional bahasa Indonesia di Fakultas Sastra Unud Denpasar, Senin (29/10). Di antaranya Prof. Dr. Bambang Kaswanti Purwa, Putu Fajar Arcana, Prof. Dr. I Wayan Pastika, Widminarko, Prof. Dr. I Nengah Suandi, Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, dan lainnya.

Seminar ini dimaksudkan untuk menguatkan nilai rasa nasionalisme dan kebangsaan yang kini memang semakin terkikis. Selain itu, juga sebagai upaya untuk merumuskan beragam kajian ilmiah terkait bahasa Indonesia. Demi penguatan jati diri dan identitas bangsa sebagai daya saing global.

Dalam kesempatan itu, Putu Fajar Arcana menegaskan bahwa bahasa menjadi alat relasi politik kuasa. Dan, media sebagai penguasa dominan dari denyut nadi kebahasaan yang dapat memengaruhi kehidupan di tengah masyarakat. Terlebih lagi, bahasa dalam sosial media saat ini sudah sangat bebas dengan adanya jurnalisme warga. Jadi peran wartawan maupun editor (redaktur) dalam sosial media yang sarat kepentingan politik dan ekonomi semakin terpinggirkan.

Tak hanya itu, diakuinya, pemahaman masyarakat terhadap media massa juga semakin berubah. Di mana media massa cetak dalam bentuk koran, majalah, termasuk media radio sudah semakin terpinggirkan ataupun termarjinalisasi. Bahkan, disinyalir masa kejayaannya sudah semakin merosot tajam dan ditinggalkan lebih cepat dari prediksi para pakar selama ini.

Kini, media massa atau sosial media yang paling dicari oleh masyarakat adalah media online, seperti blog, yahoo, facebook, twitter, friendster, dan lainnya. Kenapa ? Karena dianggap memang paling cepat, murah dan mudah.

Jadi ke depan publik tak perlu menunggu kiriman koran atau majalah dan bahkan tak perlu buka laptop lagi. Karena lewat gadget seperti telepon pintar, iPad, atau tablet seluruh dunia bisa diakses secara seketika. “Itulah kekuatan bahasa dalam sosial media sebagai relasi kuasa dalam kehidupan politik atau ekonomi masyarakat di masa datang,” ketusnya.

Lebih jauh, bahasa Indonesia saat ini tidak lagi sekadar untuk alat pemersatu bangsa tapi menjadi alat produksi kuasa dan pencitraan sosial. Maka itulah, ke depan perlu adanya pengembangan pemikiran serta kajian soal bahasa melalui upaya pembongkaran dan perumusan ulang tentang berbagai definisi dalam pewacanaan publik.

Sementara itu, Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra mengakui memang media massa atau sosial media punya peran penting dalam perkembangan bahasa Indonesia di tengah kehidupan masyarakat atau khalayak publik. Karena itulah, bahasa sebagai aktivitas dan tradisi komunikasi global patut mendapatkan perhatian lebih serius melalui berbagai kajian ilmiah secara komprehensif. “Guna meningkatkan apresiasi publik untuk membangun masa depan bangsa melalui akivitas bahasa yang baik dan layak demi penguatan kebudayaan Indonesia sebagai daya saing bangsa di kancah dunia internasional,” cetusnya. IJA-MB