Jakarta (Metrobali.com)-

Pengamat ekonomi dari Universitas Indonesia Faisal Basri menilai Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) perlu menyelidiki penyebab memburuknya kinerja Bank Mutiara, yang pada Jumat lalu (20/12) mendapat suntikan modal dari Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sebesar Rp1,5 triliun.

“Pemberian modal oleh LPS ini kan pasti ada hitung-hitungannya semua dan angka-angkanya, tapi ada satu yang harusnya tuntas juga yakni kenapa Bank Muatiara ini kian hari kian buruk,” ujar Faisal di Jakarta, Senin (23/12).

Menurut Faisal, suntikan modal LPS kepada Bank Mutiara memang tidak memerlukan persetujuan DPR, namun DPR selaku legislator dapat menyelidiki faktor-faktor yang membuat bank tersebut terjerembab menjadi bank yang tidak sehat secara permodalan (CAR di bawah delapan persen).

“Ada perusahaan Misbakhun di situ, ada perusahaan Tantular, ada beberapa perusahaan lagi. Nah ini diselidiki juga penyebab-penyebab hancurnya Bank Mutiara,” ujar Faisal.

Faisal berharap DPR dapat mengidentifikasi penyebab memburuknya performa bank yang sebelumnya bernama Bank Century itu sehingga ke depan dapat menjadi bank yang lebih sehat.

“Saya berharap DPR juga mengusik ini supaya yang betul- biang keroknya yang membuat Bank Muatiara memburuk sampai sekarang itu diamputasi,” kata Faisal.

Sebelumnya, LPS menyuntikkan modal sebesar Rp 1,5 triliun kepada Bank Mutiara agar dapat memenuhi rasio kecukupan modal (CAR) sebesar 14 persen sesuai dengan aturan Bank Indonesia (PBI) No. 14/18/PBI/2012 mengenai kewajiban penyediaan modal minimum bank umum.

Suntikan dana itu sendiri merupakan penanaman modal sementara alias penyertaan modal sementara (PMS) yang rencananya akan dikucurkan oleh LPS paling lambat pada Senin ini (23/12). AN-MB