Uang Euro

New York (Metrobali.com)-

Kurs euro bergerak lebih tinggi terhadap dolar pada Senin (Selasa pagi WIB), dibantu oleh peningkatan kegiatan usaha di zona euro pada bulan ini.

Didorong kenaikan di Prancis, indeks pembelian manajer (PMI) komposit zona euro mencapai 53,2 pada Maret setelah mencapai angka 53,3 pada Februari.

Dan dengan sedikit akselerasi dalam pesanan baru, data menunjukkan pertumbuhan bisa berlanjut pada April.

Pada sekitar pukul 22.00 GMT (Selasa pukul 05.00 WIB), euro diperdagangkan di 1,3835 dolar, naik dari 1,3794 dolar pada akhir Jumat.

Euro menguat menjadi 141,48 yen dari 141,04 yen. Sementara itu dolar hampir datar di 102,26 yen.

Pound Inggris juga terdorong lebih tinggi, menjadi 1,6495 dolar dari 1,6486 dolar.

Martin van Vliet, ekonom ING, menyebut fakta bahwa pertumbuhan zona euro bertahan naik meskipun terjadi turbulensi dari krisis Ukraina adalah berita “yang menggembirakan dan cukup mengejutkan”.

Namun dia memperingatkan bahwa melemahnya data PMI Tiongkok, bersama dengan euro yang relatif kuat, “bukan pertanda baik bagi momentum pertumbuhan ekspor,” sedangkan kendala pengangguran dan kebijakan fiskal berarti permintaan domestik tidak mungkin segera meningkat.

“Itu mengatakan, tanda lebih lanjut dari pemulihan akan mendorong ECB menahan diri dari pelonggaran moneter lebih lanjut, setidaknya dalam jangka pendek,” kata van Vliet.

Beberapa analis berpendapat bahwa pembuat kebijakan Eropa percaya euro tetap dinilai terlalu tinggi, dan bahwa Bank Sentral Eropa (ECB) kemungkinan akan bekerja untuk membawanya lebih rendah terhadap greenback.

“Kami terus mendengar suara dari dewan ECB yang mengindikasikan kekhawatiran mengenai mata uang, terutama euro,” kata Sebastien Galy dari Societe Generale.

Galy mengatakan ECB tidak mungkin ingin menargetkan euro secara langsung, terutama mengingat tingkat inflasi yang sangat rendah di zona itu.

Sebaliknya, kata dia, “pada margin, ECB lebih cenderung memilih bentuk-bentuk pelonggaran yang lebih memiliki dampak negatif pada euro.” (Antara/AFP)