New York (Metrobali.com) –

Kurs euro berbalik menguat pada Senin (Selasa pagi WIB), setelah mengalami penurunan pada pekan lalu karena penurunan suku bunga mengejutkan oleh Bank Sentral Eropa dan data ekonomi AS yang tak terduga kuat.

Pada Senin pukul 22.00 GMT (Selasa pukul 05.00 WIB), euro diperdagangkan pada 1,3407 dolar, naik dari 1,3368 dolar pada akhir Jumat (8/11).

Namun dolar ditarik lebih tinggi terhadap yen, naik menjadi 99,20 yen dari 99,04 yen. Euro naik menjadi 133,01 yen dari 132,40 yen.

Meskipun merosot pada Senin, Kathy Lien dari BK Asset Management mengatakan dia masih memperkirakan dolar menguat karena meningkatnya ekspektasi pengetatan kebijakan lebih awal oleh Federal Reserve.

Data pekerjaan yang kuat pada minggu lalu dan angka lebih baik dari perkiraan untuk pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga, 2,8 persen, telah meningkatkan harapan bahwa Fed bisa memangkas program stimulusnya pada pertemuan mereka di pertengahan Desember atau akhir Januari.

“Investor akan memperkirakan sebuah kenaikan konsisten dalam imbal hasil AS karena spekulasi pelonggaran kuantitatif The Fed,” kata Lien Senin.

“Berkat laporan penggajian (payroll) non pertanian yang lebih kuat dari perkiraan pada Jumat, imbal hasil obligasi AS 10 tahun membuat jalan mereka menjadi tiga persen.” Sameer Samana dari Wells Fargo Advisors mengatakan angka pertumbuhan AS yang lebih kuat, terutama dibandingkan dengan ekonomi terkemuka lainnya, mendukung prospek dolar lebih kuat.

“Mengingat keuntungan dalam peningkatan pertumbuhan yang lebih baik dan imbal hasil yang lebih tinggi dalam ekonomi AS, kami memperkirakan dolar AS naik terhadap mata uang pesaing utamanya,” katanya.

“Target kami untuk euro adalah 1,27 dolar hingga 1,32 dolar pada akhir tahun depan.” Pound Inggris turun terhadap greenback, jatuh menjadi 1,5981 dolar dari 1,6019 dolar. Namun demikian, dolar jatuh menjadi 0,9194 franc Swiss dari 0,9216 franc. (Ant/AFP)