Jakarta (Metrobali.com)-

Peserta konvensi bakal capres Partai Demokrat, Endriartono Sutarto, menyindir fenomena yang sedang marak terjadi, yakni meroketnya popularitas calon pemimpin hanya karena sering diekspos media massa, termasuk yang sedang dialami Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo.

“Era sekarang ini memang aneh, orang yang terkenal menjadi salah satu pilihan masyarakat hanya karena sering masuk media. Padahal, kan seharusnya yang dilihat itu rekam jejaknya,” kata Endriartono menjawab pertanyaan terkait dengan kesiapannya berkompetisi dengan Jokowi–sapaan akrab Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo–pada temu media konvensi di Jakarta, Senin (6/1).

Seharusnya, kata mantan Panglima TNI itu, seseorang dipilih oleh rakyat dengan pertimbangan rekam jejak dan gagasan-gagasannya.

Endriartono juga meminta media untuk lebih mengedepankan kepentingan rakyat akan sosialisasi dan pendidikan politik dibandingkan kepentingan bisnis media.

“Kita semua harus mengajarkan masyarakat untuk memilih mereka yang memiliki gagasan-gagasan yang membumi. Nanti biar rakyat yang memutuskan,” ujar dia.

Dia mengakui bahwa pada dewasa ini dunia politik tidak dapat lepas dari peran media. Sayangnya, kata dia, setiap figur yang berjuang di politik, tidak memiliki kesempatan yang sama untuk menyampaikan sosialisasinya kepada publik melalui media.

“Oleh karena itu, saya jual gagasan-gagasan saya. Syukur-syukur kalau media mau memberitakannya,” ujar dia.

Oleh karena itu pula Endriartono mengusulkan agar biaya kampanye politik dibiayai oleh negara. Selain itu, dia mengusulkan negara juga memfasilitasi para calon anggota legislatif dan pemimpin untuk berkampanye melalui media sehingga tidak ada ketimpangan akses sosialisasi antara satu sama lain.

“Konsepnya bisa adu gagasan, jadi tidak hanya unsur populer yang ditonjolkan semata,” ujar dia.

Endriartono merupakan peserta konvensi kedua yang diberikan kesempatan pada tahap dua konvensi untuk memparkan visi dan misinya kepada publik.

Konvensi Demokrat dimulai sejak September tahun lalu hingga April mendatang. Sebelas peserta konvensi adalah Ali Masykur Musa, Anies Baswedan, Dahlan Iskan, Dino Patti Djalal, Endriartono Sutarto, Gita Wirjawan, Hayono Isman, Irman Gusman, Marzuki Alie, Pramono Edhie Wibowo, dan Sinyo Harry Sarundajang.

Sistem konvensi digelar dua tahap dengan mengandalkan hasil survei lembaga independen sebagai penentu pemenang. Penilaian dalam debat akan dikombinasikan dengan hasil survei dan kampanye di 10 kota, antara lain Jakarta, Medan, Surabaya, Denpasar, Bandung, Banjarmasin, Manado, dan Jayapura. AN-MB