Moskow (Metrobali.com) –

Sebuah pengadilan Rusia hari Senin menjatuhkan hukuman seumur hidup pada tiga orang dan 10 tahun penjara pada terdakwa keempat karena peranan mereka dalam pemboman bunuh diri yang menewaskan 37 orang di Bandara Domodedovo Moskow hampir tiga tahun lalu.

Kakak-beradik Islam dan Ilez Yandiyev, serta Akhmed Yevloyev dan Bashir Khamkhoyev dihukum karena pelanggaran yang mencakup tindakan teror, pembunuhan dan usaha pembunuhan.

Hanya Yevloyev yang tidak dijatuhi hukuman seumur hidup oleh pengadilan wilayah Moskow, kata kantor-kantor berita Rusia. Jaksa meminta hukuman lebih pendek karena ia masih di bawah umur pada saat serangan itu.

Jaksa mengatakan, keempat orang itu membantu penyerang bom bunuh diri melakukan perjalanan dari daerah asal mereka, Ingushetia, di kawasan Kaukasus Utara menuju Moskow dan menyediakannya sebuah apartemen, sabuk bom dan angkutan.

Kremlin hingga kini masih berusaha mengatasi gerilyawan muslim di Kaukasus, satu dasawarsa setelah pasukan federal mendongkel dominasi separatis di Chechnya. Kekerasan dari Chechnya itu bahkan meluas ke Moskow.

Serangan di bandara terpadat Rusia pada Januari 2011 itu membuat Presiden Rusia saat itu Dmitry Medvedev memecat sejumlah pejabat kepolisian tingkat menengah dan mengarah pada pendongkelan para manajer senior Domodedovo.

Pemboman bunuh diri itu diklaim oleh Doku Umarov, pemimpin Emirat Kaukasus yang melancarkan serangan-serangan di Chechnya dan wilayah lain yang berpenduduk muslim di Kaukasus Utara.

Umarov juga mendesak pengikutnya menggunakan “kekuatan maksimum” untuk menyabotase Olimpiade Musim Dingin di kota Laut Hitam Rusia, Sochi, pada Februari 2014.

Kekerasan berkobar di Kaukasus Utara yang berpenduduk mayoritas muslim, dimana gerilyawan yang marah karena kemiskinan dan terdorong oleh ideologi jihad global ingin mendirikan sebuah negara merdeka yang berdasarkan hukum sharia.

Dagestan, yang terletak di kawasan pesisir Laut Kaspia, telah menggantikan wilayah-wilayah tetangganya sebagai pusat kekerasan di Kaukasus Utara yang berpenduduk mayoritas muslim.

Dagestan berbatasan dengan Chechnya di Kaukasus Utara, dimana Rusia menghadapi kekerasan muslim garis keras, dan provinsi yang berpenduduk mayoritas muslim itu seringkali dilanda serangan dengan sasaran aparat penegak hukum dan pejabat pemerintah.

Serangan-serangan telah membuat Kremlin berjanji lagi menumpas gerilyawan di Kaukasus Utara. Wilayah tersebut dilanda kekerasan sejak dua perang pasca-Sovyet terjadi di Chechnya antara pasukan pemerintah dan gerilyawan separatis. (Ant/Reuters)