Keterangan foto: Empat DPK Perbarindo Wilayah Bali yakni Denpasar, Gianyar, Tabanan dan Singaraja dilantik, Selasa (26/3/2019) di Hotel Nikki Denpasar/MB

Denpasar (Metrobali.com) –

Empat Dewan Pimpinan Komisariat (DPK) Perbarindo (Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia) Wilayah Bali yakni Denpasar, Gianyar, Tabanan dan Singaraja dilantik, Selasa (26/3/2019) di Hotel Nikki Denpasar.

Pelantikan pengurus baru DKP Perbarindo kabupaten/kota di Bali ini diharapkan semakin menguatkan eksistensi BPR di Bali dalam menghadapi berbagai tantangan dan ketatnya persaingan.

Termasuk yang jadi salah satu misi utama adalah menurunkan angka Non Performing Loan (NPL) atau kredit bermasalah. Kemudian meningkatkan pelayanan kepada pengguna jasa keuangan BPR atau nasabah.

Pelantikan yang dihadiri pengelola dan karyawan BPR se-Bali itu juga  dirangkai dengan Dharma Shanti Nyepi Tahun Caka 1941 sekaligus jadi momentum para pengurus BPR untuk introspeksi diri dan ke depan membawa BPR-nya makin maju.

Ketua DPK Perbarindo Denpasar Made Sumardhana yang melihat ke depan ekonomi bisa tumbuh lebih bagus. Komisaris Utama Bank Pasar Umum ini mengatakan berbagai upaya dilakukan DPK Perbarindo Denpasar untuk meningkatkan kinerjanya.

“Kami sangat fokus pada upaya peningkatan pelayanan dan kinerja operasional dengan menekan angka NPL,” ujarnya pria yang telah banyak menorehkan kemajuan positif untuk Perbarindo Kota Denpasar itu.

Tingginya NPL Masih Jadi Tantangan Berat

Dalam pelantikan tersebut pihak OJK
(Otoritas Jasa Keuangan) Bali-Nusa dalam sambutannya mengatakan NPL BPR di Bali cukup tinggi yakni hingga 8 persen. Kondisi itu jauh di atas ketentuan rata-rata nasional yakni 5 persen.

Terkait tingginya NPL tersebut, Ketua Perbarindo Bali Ketut Wiratjana mengakui banyak faktor yang menjadi penyebabnya. Di antaranya kondisi ekonomi global yang lagi lesu, dampak erupsi Gunung Agung juga faktor turunnya bisnis properti.

“Sebagaimana kita ketahui, beberapa BPR banyak membiayai nasabahnya yang bergerak di properti. Maka ketika bisnis ini menurun sehingga berdampak pada kewajiban nasabah,” jelasnya.

Meski pertumbuhan ekonomi mengalami pelambatan, namun bukan berarti kegiatan industri BPR stagnan alias jalan di tempat. “Usaha BPR tetap berjalan bahkan meningkat. Cuma kenaikannya tak terlalu tinggi, seperti tahun-tahun sebelumnya,” jelas Wiratjana.

Wiratjana bahkan optimis ke depan, NPL bisa turun. “Kita optimis dengan berbagai upaya yang dilakukan serta membaiknya perekonomian, NPL bisa turun hingga di bawah 5 persen,” jelas Wiratjana.

Pewarta: Widana Daud
Editor: Hana Sutiawati