Emoni Usung Raremoni

 Denpasar (Metrobali.com)-
Aksi panggung kelompok musik Etnik harmoni (Emoni) Bali dalam ajang Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-36 dikemas berbeda dari penampilan sebelumnya. Kali ini, pemilik album Harmoni Nada Cinta ini tampil di gedung Ksirarnawa, UPT Taman Budaya (arts centre) Bali, Denpasar, Sabtu (28/6) malam dengan mengusung sebuah drama teater anak-anak bertajuk Raremoni, yang menggambarkan permainan dolanan anak-anak.  
Kelompok musik yang digawangi personilnya AA. Gde Raka Gunawarman (vokal, gitar), Agus Anwar Eka Wahyudi (gitar), IB Yogi Pratama (bas), IGN A Gde Parama S. (perkusi), Made Dony Swiyoga Putra (suling, rindik), Wayan Deny Yoga Pratama (suling), AAN. Aritama (suling), dan AAN Edy Prayoga (suling). Dalam aksi panggung, mereka tampil menghibur dengan permainan dolanan anak-anak seperti melayangan, meong-meong, dan permainan lainnya.
Diawali alunan tembang pembuka Efek Pagi, diteruskan dengan Goak Maling, Kepupungan, Ratu Anom, Ketut Garing, Jenggot Uban, Meong-meong, Melayangan, Made Cenik, Pulsinoge, dan dipungkasi dengan tembang Mejangeran. Menariknya, permainan anak-anak ini seakan menjadi tarian latar dari setiap aksi pangung dari kelompok musik etnik Bali yang telah sukses menggebrak panggung PKB di tahun 2012 lalu.
AA. Gde Raka Gunawarman, vokalis sekaligus gitaris, yang juga koordinator garapan Raremoni ini mengakui memang sengaja melibatkan anak-anak dalam penampilannya di ajang PKB ke-36 tahun ini sebagai upaya untuk meningkatkan minat dan bakat anak-anak terhadap kesenian Bali terutama di dunia musik Bali.
Sehingga, upaya pelestarian dan pengembangan kebudayaan bangsa berbasis kearifan lokal khas Bali khususnya di bidang seni musik tidak stagnan melainkan semakin meningkat karena telah sukses menelorkan generasi penerusnya. “Anak-anak adalah modal utama penyelamat dari ajeg dan lestarinya budaya Bali di masa depan. Tanpa mereka budaya Bali tentunya dapat dipastikan akan mudah tergerus oleh arus budaya global,” tegasnya.
Lebih jauh, ditegaskannya ketika mereka (anak-anak) sudah tidak peduli dengan kearifan budaya lokalnya sudah pasti upaya pemerintah untuk meningkatkan pelestarian dan pengembangan kebudayaan Bali sudah pasti akan tidak ada artinya. Karena itulah anak-anak ini sejak dini sengaja kita libatkan untuk menggugah rasa peduli dan memiliki terhadap kebudayaan Bali. “Jadi anak-anak memang sejak usia dini harus dilibatkan dalam beragam kegiatan budaya supaya mereka kelak dapat menjadi pribadi yang mandiri dan berjiwa budaya tinggi,” pungkasnya yang diamini personil lainnya.
Sekadar mengingatkan bahwa kelompok musik etnik ini terbentuk sejak 11 Januari 2011. Jumlah personilnya memiliki makna filosofis yakni mencerminkan Padma yang menunjukan delapan arah mata angin dan tengah sebagai pusatnya. Di mana karakter dari delapan personilnya ini mampu saling melengkapi dan menjadi satu kesatuan dari kekuatan pikiran dalam karya kreatifnya.
Selain itu, tulisan Emoni yang disusun dengan huruf Bali dan jika dibaca sesuai huruf Bali yaitu “manyaga” yang memiliki makna menjaga Bali. Bertujuan untuk menjaga dan melestarikan sekaligus mengembangkan seni budaya Bali berbasis kearifan lokal khas Bali dengan karya kreatif dan inovatif yang mengaloborasikan alat musik tradisional dengan instrumen modern.
Selama karirnya, kelompok musik ini telah berhasil merilis empat lagu originalnya seperti Harmoni Nada Cinta, Aku dan Waktu, Bilang Aku Suka Kamu, dan Rindu. Menariknya, dalam aksi panggungnya kelompok musik yang identik dengan properti berwarna merah dan putih senantiasa tampil membawakan tembang atau lagu-lagu tradisional bali seperti sekar rare, hingga pupuh di sela-sela karya originalnya. Ini tentunya sebagai identitas sekaligus upaya mengingatkan masyarakat Bali akan keagungan kebudayaan bangsa yang berbasis kearifan lokal khas Bali khususnya. WB-MB