Foto: Anggota Komisi IV DPRD Kota Denpasar Emiliana Sri Wahjuni dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI).

Denpasar (Metrobali.com)-

Sektor pendidikan menjadi salah satu sektor yang belum dibuka di tengah pandemi Covid-19 dan adaptasi kebiasaan baru (new norma. Konsekuensinya, pembelajaran jarak jauh atau daring/online (belajar dari rumah) masih harus berjalan.

Pernyataannya bagaimanakah kualitas pendidikan/pembelajaran daring pada masa pandemi Covid-19 ini dan bagaimana juga memastikan akses pendidikan yang merata bagi siswa karena kemampuan dan fasilitas yang dimiliki siswa dalam pembelajaran daring tidaklah sama?

Terkait hal tersebut, Anggota Komisi IV DPRD Kota Denpasar Emiliana Sri Wahjuni dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI) meminta Pemerintah Kota Denpasar melalui Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) mengevaluasi proses pembelajaran daring sejak awal kebijakan ini diterapkan akibat pandemi Covid-19.

“Kami minta laporan evaluasi proses pendidikan selama pembelajaran jarak jauh atau daring yang sudah berjalan sehingga bisa kita lihat pada aspek mana saja ada kendala, ada kelemahan dan seperti apa perbaikan ke depannya,” kata Emiliana Sri Wahjuni, Jumat (17/7/2020).

Sekretaris Fraksi NasDem-PSI DPRD Kota Denpasar ini Ia berharap pemerintah tetap memastikan dan menjamin kualitas pendidikan tidak asal-asalan atau malah merosot drastis selama pandemi Covid-19. Kualitas pendidikan jangan sampai turun, motivasi siswa untuk belajar harus terjaga.

“Dengan kondisi begini siapa yang jamin kualitas pendidikan? Siapa yang jamin anak-anak pas waktunya belajar tetap belajar? Tentu ini memang jadi tugas kita bersama,” ujar Anggota Komisi IV DPRD Kota Denpasar yang membidangi kesehatan, pendidikan, pemuda dan olahraga, pemberdayaan perempuan, sosial dan tenaga kerja, kebersihan dan pertamanan, pariwisata dan lain-lain ini.

Ia menyatakan memang ada proses yang berbeda dalam pendidikan atau pembelajaran selama pandemi Covid-19 yang mengharuskan segenap insan pendidikan mulai dari pihak pengelola sekolah, guru, orang tua dan stakeholder terkait untuk beradaptasi.

Salah satunya dengan pembelajaran jarak jauh atau daring (belajar dari rumah) secara penuh yang memang belum pernah terjadi dimana sebelumnya pembelajaran konvensional dilakukan secara tatap muka di kelas.

Namun, kata Emiliana Sri Wahjuni, pembelajaran daring atau online ini bukanlah tanpa kendala walau memang untuk saat ini menjadi solusi yang paling tepat bahkan bisa juga diadopsi dalam masa mendatang dengan adanya blended learning (kombinasi belajar tatap muka di kelas dan belajar online) ketika pandemi Covid-19 sudah berakhir.

Dari berbagai keluhan orang tuanya siswa yang disampaikan, Srikandi DPRD Kota Denpasar dari PSI ini mencatat ada sejumlah kendala yang dirasakan.

Pertama berkaitan dengan fasilitas atau sarana prasarana. Tidak semua siswa mempunyai smartphone yang mendukung pembelajaran online. Sementara akses internet juga belum stabil dan merata khususnya di daerah pedesaan yang kerapkali mengalami susah sinyal internet.

Terkait persoalan ini, Emiliana Sri Wahjuni juga berharap pihak sekolah melalui para guru bisa membantu mendampingi siswa yang tidak punya fasilitas ini untuk belajar dalam kelompok kecil di rumah siswa, namun tentunya dengan memerhatikan protokol kesehatan pencegahan Covid-19.

Kedua, berkaitan dengan adanya biaya tambahan untuk membeli kuota internet agar pembelajaran online bisa berjalan. Bagi orang tua siswa dari kalangan ekonomi menengah atas tentu hal ini bukan masalah besar. Beda halnya bagi orang tua siswa dari kalangan menengah bawah atau masyarakat kurang mampu.

“Banyak orang tua siswa yang mengeluhkan soal kuota internet dan berharap ada bantuan dari pemerintah,” ujar Anggota DPRD Denpasar dapil Denpasar Selatan dari PSI ini.

Emiliana Sri Wahjuni juga berharap tetap ada insentif atau bantuan kouta gratis bagi siswa.  Sebab sektor pendidikan masih belum dibuka seperti biasanya atau belum ada pembelajaran tatap muka di dalam kelas. Pembelajaran masih dilakukan dengan jarak jauh atau belajar online dari rumah (learn from home).

“Belajar jarak jauh atau belajar online kemungkinan masih berlangsung lama, paling tidak hingga akhir tahun 2020 atau akhir semester pertama tahun ajaran baru ini. Jadi kuota gratis bagi siswa harus tetap dibantu,” tegasnya.

Ia mendorong Pemerintah Kota Denpasar agar mengumpulkan dan menggandeng para operator seluler agar memastikan pemberian bantuan kuota gratis bagi siswa. “Perlu subsidi kuota bagi siswa dari pihak provider mengingat semua online,” ujarnya.

Usulan agar Pemkot Denpasar menggandeng operator seluler dalam memberikan subsidi/bantuan kuota gratis bagi siswa di Kota Denpasar juga beberapa kali disuarakan dalam berbagai kesempatan rapat khususnya dengan Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Kota Denpasar.

“Ini yang terus kami dorong agar terealisasi sebab orang tua siswa juga sudah banyak yang mengeluh,” ujar ibu dua orang putri yang sangat konsern pada dunia pendidikan ini.

Ketiga, berkaitan dengan persoalan SDM dan ketersediaan guru yang memadai untuk mendampingi siswa belajar jarak jauh/daring. Sebab pendekatan pembelajaran dengan internet ini tentu menuntut kemampuan guru menguasai teknologi. Belum lagi bicara konten dan format pembelajaran yang diberikan para guru.

Jadi apa ada standarnya seperti apa proses pembelajaran jarak jauh/daring selama pandemi ini? Apa seragam atau ada kesenjangan yang cukup tinggi karena perbedaan kualitas SDM guru dan perbedaan penguasaan teknologi.

“Tentu ini harus ada kajian dan evaluasi mendalam. Apalagi kalau kita bicara guru yang tersedia sudah cukup atau belum,” tegas Emiliana Sri Wahjuni.

Ia pun mengaku sejauh ini pihaknya di Komisi IV DPRD Kota Denpasar belum ada menerima laporan evaluasi proses pendidikan di Kota Denpasar selama pandemi Covid-19.

Pihaknya pun berharap dan mendorong Disdikpora Kota Denpasar bisa menyampaikan laporan evaluasi secara rutin misalnya sebulan sekali sehingga Dewan juga bisa bersama-sama memberikan masukan dan mencari solusi yang tepat sesuai kondisi dan kemampuan anggaran pemerintah.

“Kita Dewan tidak ingin menggurui dan kita tahu Disdikpora sibuk. Tapi kita berkomitmen bersama-sama mengawal pendidikan kita. Masukan masyarakat kita salurkan ke eksekutif. Mari sama-sama atasi masalah dan sama-sama bangun SDM anak bangsa,” tandas Emiliana Sri Wahjuni. (wid)