Foto: Anggota Komisi IV DPRD Kota Denpasar Emiliana Sri Wahjuni (paling kanan) saat bersama anak-anak disabilitas di Rumah BISAbilitas Kota Denpasar.

Denpasar (Metrobali.com)-

Anggota Komisi IV DPRD Kota Denpasar Emiliana Sri Wahjuni mengajak anak-anak disabilitas yang tergabung di Rumah BISAbilitas Kota Denpasar untuk terus berkarya dan menginspirasi para penyandang disabilitas lainnya.

Bahkan Anggota DPRD Kota Denpasar Dapil Denpasar Selatan dari PSI (Partai Solidaritas Indonesia) ini juga mendorong anak-anak disabilitas ini bisa menjadi semacam guru dan mentor bagi anak-anak disabilitas.

“Anak-anak disabilitas yang sudah berdaya, kreatif dan mampu mandiri inilah yang bisa menginspirasi dan memahami penuh empati kondisi anak-anak disabilitas lainnya yang masih merasa belum beruntung,” kata Emiliana Sri Wahjuni di Denpasar, Senin (27/1/2020).

Sebelumnya Emiliana Sri Wahjuni yang juga Sekretaris Fraksi NasDem-PSI DPRD Kota Denpasar ini telah mengunjungi anak-anak disabilitas di Rumah BISAbilitas Kota Denpasar pada Kamis (23/1/2020).

Hal ini dilakukan dalam rangka menyerap aspirasi, masukan dan mengetahui kondisi riil anak-anak disabilitas di Kota Denpasar sebagai bahan untuk mengusulkan adanya Ranperda Inisiatif DPRD Kota Denpasar mengenai Anak Berkebutuhan Khusus di Kota Denpasar.

Ia pun mengapresiasi dan mendukung penuh keberadaan Rumah BISAbilitas Kota Denpasar sebagai tempat ramah dan nyaman bagi penyandang disabilitas di Kota Denpasar untuk berkreativitas.

Emilina Sri Wahjuni pun cukup terkejut dan bangga setelah mendengar kisah para anak-anak disabilitas ini dimana banyak dari mereka yang juga sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Anak-anak ini tidak lelah berjuang, berkarya dan berkreativitas di tengah ketidaksempurnaan fisik yang mereka alami.

Misalnya di Rumah BISAbilitas ini ada dua orang anak disabilitas tunanetra yang sedang menempuh pendidikan di studi Progam Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) IHDN Denpasar. Mereka yakni Ni Komang Apriani Yuki dan Kadek Yosep Pradipta.

Penyandang disabilitas tunadaksa Putu Widya Wardani yang hobi desain juga merupakan sarjana lulusan S-1Desain Komunikasi Visual (DKV) di salah satu kampus swasta di Denpasar.

Penyandang disabilitas tunanetra lainnya yang tak kalah berbakat adalah Made Sudiatmika. Pria yang punya suara emas dan juga kerap tampil menyanyi bersama Abilly Musco (band penyandang disabilitas) ini juga dikenal sebagai salah satu penyiar di Radio Publik Kota Denpasar (RPKD) FM dengan nama tenar Made Ajus.

“Saya berharap mereka jadi sarjana yang baik bahkan bisa melanjutkan pendidikan hingga  S-2 dan S-3. Nanti mereka bisa ajari anak-anak disabilitas lainnya,” harap Emiliana Sri Wahjuni, ibu dua dua orang putri ini.

“Jadilah dosen dan guru yang hebat, yang punya hati dan punya rasa untuk teman-teman sesama disabilitas. Hanya kalian yang tahu rasanya menjadi mereka dan bisa berempati,” imbuh Emiliana Sri Wahjuni yang memang dikenal konsern pada isu-isu pemberdayaan dan perlindungan perempuan dan anak ini.

Ini Aspirasi Anak-anak Rumah BISAbilitas

Sebelumnya para anak-anak disabilitas di Rumah BISAbilitas Kota Denpasar ini juga menyampaikan aspirasi kepada Emiliana Sri Wahjuni.

Seperti Made Sudiatmika (seorang penyandang tunanetra) berharap anak-anak penyandang disabilitas atau difabel ini diberikan kesempatan yang sama dalam berbagai hal, termasuk dalam seni budaya.

“Kami juga ingin diberikan kesempatan dan dilibatkan tampil di acara-acara seni musik seperti juga di event-event pariwisata di hotel maupun,” kata Sudiatmika yang juga tergabung di grup musik bernama Abilly Musco yang  personelnya sebagian besar para penyandang disabilitas.

Penyandang disabilitas tunanetra lainnya Ni Komang Apriani Yuki berharap mereka diberikan akses kesempatan yang sama dalam hal pendidikan. Sebab belum semua lembaga pendidikan bersedia menerima mereka.

“Kami harapkan semua perguruan tinggi Bali khususnya Denpasar bersedia menerima anak-anak tunanetra,” kata mahasiswi semester V Progam Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) IHDN Denpasar ini.

Penyandang disabilitas tunadaksa Putu Widya Wardani berharap tidak lagi ada diskriminasi kepada mereka khususnya dalam akses terhadap pekerjaan.

Sebab sekarang masih ada diskriminasi. Misalnya dirinya pernah melamar pekerjaan di bidang desain grafis. Namun saat mau interview dan diketahui fisiknya ada kekurangan atau tidak sempurna, ia langsung ditolak.

“Ke depan kami harapkan perbanyak akses lapangan pekerjaan untuk disabilitas,” papar perempuan lulusan sarajan (S-1) Desain Komunikasi Visual (DKV) di salah satu kampus swasta di Denpasar ini.

Harapan senada disampaikan Kadek Yosep Pradipta, seorang penyandang disabilitas tunanetra. “Anak-anak disabilitas agar  diberikan hak sama dalam hal pendidikan dan pekerjaan sesuai skill dan potensinya yang dimiliki,” harap mahasiswa semester V Progam Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) IHDN Denpasar ini.

Ketua Rumah BISAbilitas Kota Denpasar AA. Gde Adiputra mengapresiasi dan berterima kasih atas perhatiannya yang diberikan Emiliana Sri Wahjuni. Ia pun berharap semakin banyak pihak yang ikut peduli dan memberikan akses kepada para penyandang disabilitas ini.

“Semoga Ibu Emiliana kedepannya bisa menginspirasi dan semua pihak ikut peduli pecahkan keterbatasan akses para penyandang disabilita sehingga terketuk berikan akses pendidikan maupun pekerjaan. Yang punya usaha terketuk melihat potensi kita sehingga secara inklusif memberikan pekerjaan,” ujar Adiputra.

Pihaknya juga sangat terbantu dengan perhatian besar dari Pemerintah Kota Denpasar yang memberikan fasilitas di Rumah Pintar Kota Denpasar untuk dikelola menjadi Rumah BISAbilitas Kota Denpasar.

“Yang terpenting penyandang disabilitas bisa menginspirasi penyandang disabilitas lainnya untuk bisa mandiri dan bisa berbagi secara sosial,” pungkas Adiputra.

Rumah BISAbilitas ini dibangun Pemkot Denpasar untuk memfasilitasi kreativitas para penyandang disabilitas. Di dalamnya ada fasilitas perpustakaan mini, kuliner, barbershop, hingga live music.

Ruang kreativitas dibutuhkan disabilitas untuk menunjukan bakat, talenta dan keterampilan serta sebagai tempat bersosialisasi bersama dalam satu Rumah BISAbilitas.

Para disabilitas juga dapat melakukan kegiatan pelatihan-pelatihan dengan fasilitas diantaranya pelatihan melukis, pelatihan memasak, desainer, bermain musik, hingga pelatihan bahasa isyarat bagi penyandang disabilitas tuli. (dan)