TEKSTIL

 Denpasar (Metrobali.com)-

Bali menghasilkan devisa sebesar 109,99 juta dolar AS dari pengapalan tekstil dan produk tekstil (TPT) selama tahun 2014, menurun 9,36 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 121,35 juta dolar AS.

“Sedangkan untuk volume berkurang 39,25 persen dari 11,54 juta potong pada tahun 2013 menjadi 57,75 juta potong pada tahun 2014,” kata Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, Panasunan Diregar di Denpasar, Minggu (8/2).

Ia mengatakan, TPT yang menembus pasaran luar negeri itu antara lain berupa pakaian untuk semua umur hasil sentuhan tangan-tangan terampil wanita Bali itu mampu memberikan kontribusi sebesar 21,83 persen dari totol ekspor Bali yang mencapai 503,82 juta dolar AS.

TPT merupakan salah satu dari enam jenis hasil industri skala rumah tangga yang mampu menembus pasaran ekspor dan lima jenis komoditas lainnya meliputi ikan dalam kaleng, komponen rumah jadi, kerajinan plastik, sepatu dan tas.

Panasunan Siregar menambahkan, ekspor pakaian jadi bukan rajutan itu paling banyak diserap pasaran Amerika Serikat yakni 20,75 persen, menyusul Singapura 15,07 persen dan Australia 14,01 persen.

Selain itu juga menembus pasaran Jepang 2,18 persen, Taiwan 0,01 persen, Hong Kong 3,20 persen, Tiongkok 9,20 persen, Belanda 0,06 persen, Perancis 1,66 persen, Thailand 6,64 persen dan 33,73 persen sisanya ke berbagai negara lainnya.

Panasunan Siregar menambahkan, pakaian jadi bukan rajutan yang menembus pasaran luar negeri itu dirancang dengan disain yang unik dan menarik, termasuk dipadukan dengan manik-manik yang disenangi konsumen mancanegara.

Seorang pengusaha eksportir TPT Bali, Ni Nyoman Sukerti dalam kesempatan terpisah menjelaskan, realisasi perdagangan ekspor pakaian jadi hasil sentuhan tangan-tangan terampil perajin Bali kini tidak secerah belasan tahun silam, namun tetap ada saja yang dikirim ke pasaran ekspor terutama ke Amerika Serikat.

Perdagangan pakaian jadi sekarang tidak lagi yang terbesar, melorot dari peringkat pertama menjadi keurutan ketiga setelah kerajinan kayu dan ikan termasuk udang.

Dengan demikian banyak pengusaha pakaian di Pulau Dewata sekarang tidak lagi terlalu bergairah, mengingat pangsa pasar yang semakin berkurang, disamping adanya persaingan ketat dari negara tetangga.AN-MB