Keterangan foto: Kepala Balai Besar  Karantina Soekarno Hatta, Imam Djajadi, S.P., M.M.,Gubernur Bali Dr. Ir. I Wayan Koster, M.M., usai melepas ekspor komoditas pertanian asal Bali senilai Rp 17,4 miliar di Pelabuhan Benoa, Denpasar,  Kamis (21/3/2019)/MB

Denpasar (Metrobali.com) –

Kepala Balai Besar  Karantina Soekarno Hatta, Imam Djajadi, S.P., M.M.,melepas ekspor komoditas pertanian asal Bali senilai Rp 17,4 miliar di Pelabuhan Benoa, Denpasar,  Kamis (21/3/2019). Salah satunya yang cukup membanggakan adalah pelepasan ekspor perdana buah salak gula pasir.

Selain salak gula pasir, komoditas pertanian unggulan lainnya yang dilepas kali ini adalah manggis, daun mimba, alang-alang, bunga anggrek, sarang burung walet, kepompong sutera, anak ayam umur 1 hari (DOC), dan kulit ular dengan tujuan negara Cina, Singapore, Timor Leste, Hongkong, Brasil, Jepang dan Jerman.

Imam Djajadi juga menyoroti komoditas yang tengah menjadi primadona ekspor di Bali yakni buah manggis. Petani Bali benar-benar merasakan manfaat kemudahan dan kecepatan pelayanan ekspor oleh pemerintah di dua tahun belakangan ini.

Tahun 2018 petani manggis di Bali merasakan bagaimana hasil panennya bisa diterima penuh ke pasar-pasar besar manca negara terlebih setelah berhasilnya negosiasi dagang antara Badan Karantina Pertanian dengan Otoritas Karantina Cina hingga  keran ekspor langsung ke pasar Cina dibuka di penghunjung tahun 2017.

Djajadi menambahkan dari data yang diambil dari sistem otomasi Badan Karantina Pertanian,  di tahun 2018, dari Bali saja telah terkirim 4.096 ton buah manggis dengan nilai ekonomi Rp.300 miliar hanya untuk pasar Cina saja dan ini merupakan nilai ekspor manggis tertinggi di Indonesia.

Sementara, memasuki triwulan pertama 2019 ekspor manggis bahkan sudah mencapai 631 ton tujuan Cina Dengan nilai devisa hingga Rp 45 miliar.

“Permintaan sangat tinggi, dan untuk percepatan pemeriksaan karantina sesuai persyaratan negara tujuan ekspor kami berlakukan inline inspection, layanan jemput bola,”tambahnya.

Imam Djajadi yang hadir mewakili Badan Karantina Pertanian juga menyampaikan bahwa seluruh jajaran petugas karantina pertanian melakukan tugasnya dalam mensertifikasi produk pertanian sesuai dengan persyaratan negara mitra dagang.

“Jaminan ini akan menjadi jalur hijau produk pertanian kita melenggang di pasar global.” pungkasnya.

Sebanyak 0,5 Ton Salak Gula Pasir Diekspor ke Kamboja

Sementara itu, Kepala Karantina Pertanian Denpasar, Drh. I Putu Terunanegara, MM memaparkan komoditas asal Bali yang juga favorit di pasar internasional yakni  salak gula pasir.

Sejak dimulai ekspor perdananya sebanyak 0,5 ton ke Kamboja di Maret ini, ke depan tengah dipersiapkan secara rutin ekspor sebanyak 50-100 ton per bulannya.

“Kini bertambah lagi komoditas andalan petani di bali, dan petani sebagai penggeraknya telah menjadi pahlawan devisi negara, ujarnya.

Gubernur Bali Dr. Ir. I Wayan Koster, M.M., yang hadir dan melepas ekspor komoditas pertanian unggulan Pulau Dewata ini mengapresiasi upaya pembangunan pertanian yang dilakukan secara sinergi antara dinas terkait diwilayahnya dengan Kementerian Pertanian.

Ia berharap dengan keunggulan sektor pariwisata yang dimiliki Bali juga dapat turut membawa  kesejahteraan bagi petani.  Gubernur berpesan agar kuantitas dan kualitas dapat dijaga secara konsisten.

“Sehingga akses pasar ekspor dapat terbuka luas dan dapat memberi nilai tambah, added-value bagi petani sehingga makin sejahtera,” tegas Gubernur Koster.

Sementara itu, Untung Basuki Kakanwil Bea dan Cukai Bali, NTB dan NTT menyampaikan bahwa BC Bali siap ikut mendukung akselerasi percepatan ekspor komoditas pertanian dengan menggunakan layanan PDE (Pertukaran Data Elektronik).

“Layanan ini sangat efektif memangkas waktu, tenaga dan biaya dan Bali mempunyai keuuntungan lebih dengan mempunyai rute penerbangan yang padat lintas manca negara,” ungkapnya.

Pewarta: Widana Daud
Editor: Hana Sutiawati